Social Icons

Pages

Sabtu, 31 Maret 2012

Tuhan, ijinkan aku untuk masih tidak tau malu


Tuhan,
Engkau melihat..
Engkau memantau..
Engkau slalu terjaga
Pandangan Mu sangat tajam
dan mendalam..

maafkan..
malam ini masih juga aku tdk tau malu
tuk memohon kepada Mu
sedang aku telah tidak kuasa
menegaskan kebaikan & keburukan
tidak kuasa ikhlas
dalam 'kehilangan'
wujud-wujud duniawai..
lebih memilih melalaikan Mu.. :(

kumohonkan satu hal saja Tuhan..,
pelihara & naikkan derajat Sholat ku..
karna kuyakin Firman Mu ini..:

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar & mengerjakan sholat;
dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat, kecuali kepada orang-orang yg khusyuk"
QS. Al-Baqarah-45

agar kumampu berpaling
dari apapun yg memalingkanku
dari Nilai-Nilai MU...

tunjukkanlah yg samar menjadi jelas
yg jelas menjadi ringan
kokohkanlah pondasi-pondasi pikiranku
hati & jiwaku
untuk tdk meragu sedikitpun
dari keyakinan terhadap Mu.

nk
READ MORE - Tuhan, ijinkan aku untuk masih tidak tau malu

KEPRIBADIAN UNGGUL SEORANG PEMIMPIN, MODAL DASAR MENJADI PEMIMPIN TERBAIK


“Jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat/kehancurannya" (Hadits).

“Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu” (Lao tzu)

“Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya” (Pancasila)


1. RASIONALISASI

Sebuah pernyataan bahwa “tidak ada yang lebih penting dari kepemimpinan dalam sebuah organisasi” terkadang terdengar begitu berlebihan, namun jika kita melihat lebih jauh, pernyataan ini memiliki alasan yang kuat. Sebuah organisasi yang membentuk pola kepemimpinan ataukah pola kepemimpinan yang membentuk organisasi? Pertanyaan ini kemudian membuat kita berfikir seberapa besar pengaruh kondisi sebuah organisasi terhadap kepemimpinan dan seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap organisasi. Jika melihat pada beberapa pengalaman, berapa banyak organisasi yang berhasil menggapai titik suksesnya karena “kecerdasan” sang pemimpin. Dalam kondisi terburuk sekalipun, jika seorang pemimpin mampu membuat langkah-langkah cerdas dan konkret, maka organisasi akan berjalan seperti yang diharapkan. Kepemimpinan yang dikendalikan oleh orang yang tidak tepat akan berakibat fatal terhadap perkembangan dan pencapaian sebuah organisasi.

Tidak sedikit pemimpin yang telah melakukan perubahan Negara. Mao Tse-Tung, seorang anak muda dari desa kecil di Cina, mampu mengubah keadaan Cina yang sangat kacau pada awal hingga pertengahan abad ke-20. Pahlawan revolusioner yang mampu mengubah Cina yang penuh keresahan, perang saudara dan keterpurukan ekonomi menjadi Negara industry, peningkatan taraf pendidikan serta perubahan ekonomi yang signifikan. Di negeri kita, Soekarno merupakan tokoh yang memiliki kepemimpinan yang luar biasa yang mampu mengubah kondisi bangsa dengan prinsip “berdikari”nya. Banyak lagi pemimpin-pemimpin dunia yang melakukan perubahan-perubahan sangat penting. Dalam lingkungan yang terkecil sekalipun yang kita sebut keluarga, faktor kepemimpinan seorang ayah memiliki peran penting dalam kehidupan keluarga.

Pola kepemimpinan tiap orang tidak sama, masing-masing orang memiliki pola kepemimpinan yang variatif. Kepribadian dan pola pikir seseorang sangat berpengaruh terhadap pola kepemimpinannya. Pembentukan kepribadian menjadi faktor penentu keberhasilan seseorang dalam menjalankan kepemimpinannya.

Wagner dan Carter (1996) melakukan penelitian literature komprehensif tentang ciri-ciri dan aspek kepribadian kepemimpinan. Mereka mengakui bahwa studi awal kepemimpinanya terutama ditujukan untuk mengidentifikasi sifat-sifat pemimpin. Sparks (1996), misalnya, mengidentifikasi ciri-ciri, sifat, atau kepribadian pemimpin yang memiliki performa tinggi sebagai orang yang aktif, tegas, kuat, dominan dan percaya diri. Bentz (1967) mengatakan bahwa pemimpin yang memiliki performa baik adalah orang yang memiliki mental yang ambisius, cerdas, persuasive, terjamin secara sosial dan memiliki energi mental yang kuat.

Kita berasumsi bahwa permasalahan dalam hidup ini ada dua yakni bersosialisasi dan berkembang, membangun relasi dan mengembangkan karir untuk menjadi orang yang memiliki pengaruh. Dalam hal ini, yang sangat menentukan adalah sikap kita terhadap orang lain, yakni kepribadian kita. Kepribadian pemimpin menjadi penentu baik-buruknya kepemimpinan yang ia pegang.


2. KEPRIBADIAN DAN KEPEMIMPINAN

a. Konsep/Teori Kepribadian dan Kepemimpinan
Ada sedikitnya delapan teori besar tentang kepemimpinan dan faktor yang mempengaruhi cara seseorang dalam memimpin. Namun, ada tiga teori yang saling bertentangan satu sama lain. Teori ‘great man’, menyebutkan bahwa kapasitas kepemimpinan itu hasil dari keturunan – bahwa pemimpin hebat itu dilahirkan, bukan dibuat. Teori “trait” hampir sama dengan teori great man yang mengasumsikan bahwa manusia memiliki kualitas tertentu dan sifat-sifat bawaan yang membuatnya memiliki kepemimpinan yang baik. Kedua teori ini menyimpulkan bawah seseorang akan menjadi pemimpin jika memiliki sifat kepemimpinan yang dia bawa dari lahir atau dengan kata lain, jika dilahirkan dari keluarga pemimpin. Bagaimana seorang John Stalin yang mempunyai ayah seorang pemabuk mampu menjadi pemimpin yang sangat hebat dan memberikan kemakmuran pada pengikutnya. Sebaliknya bagaimana dengan mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan atau terlahir dari keluarga pemimpin, namun kemudian tidak menjadi pemimpin. Sebuah teori yang dapat membantah kedua teori ini adalah teori behavioural” yang berdasarkan pada kepercayaan bahwa pemimpin yang hebat itu dibuat, bukan dilahirkan. Teori terakhir ini menekankan bahwa orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin.
Semua orang berpeluang menjadi pemimpin dengan cara pembentukan kepribadiannya sebagai orang yang mampu mempengaruhi orang lain. Banyak faktor yang bisa membentuk hal tersebut. Seperti halnya dalam perkembangan sifat-sifat keseharian tiap manusia, faktor sosiologis, agama dan budaya mempunyai peran penting.

b. Tinjauan Sosiologis, Religi, dan Kultur
Secara sosiologis, interaksi manusia dengan manusia lainnya memberikan pelajaran. Orang-orang yang mampu menyerap dengan baik pelajaran dalam bersosialisasi akan mempengarhi pola berfikir serta tindakan-tindakannya selanjutnya terhadap lingkungan. Dalam kehidupan sosial, sangat lumrah apa yang dirasakan dan disaksikan selama melakukan interaksi akan memberikan bekas terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Dalam kasus kepemimpinan, orang yang hidup dalam kehidupan sosial yang keras, akan terbiasa dengan sikap-sikap tegas dan mental yang berani. Sebut saja, seorang pemimpin yang biasa dengan lingkungan sosial yang manja, maka akan terbiasa “dilayani”, sehingga menganggap bawahan sebagai pesuruh.

Secara religi, doktrinasi agama membuat orang melakukan banyak hal pada koridor doktrin yang mereka terima. Semakin religius seseorang, mayoritas mereka termasuk dalam orang-orang yang mampu menerapkan disiplin dalam hidupnya. Pengaruh religi terhadap pembentukan kepribadian sangat besar. Banyak nilai-nilai kehidupan yang diterapkan melalui pemahaman beragama. Pemimpin yang menganut serta taat dalam menjalankan perintah agama akan memberikan rasa aman serta memuliakan pengikutnya.
Secara kultur, aturan-aturan yang disepakati sistem sosial tertentu yang menjadi tradisi suatu kelompok masyarakat juga menentukan pola kehidupan yang dijalani oleh seseorang. Pola ini akan membentuk pola seseorang menghadapi orang lain. Latar belakang budaya yang sangat feodal, akan membentuk pemimpin yang feodal pula.
Reputasi Kepribadian & Pendidikan

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kepribadian (reputasi) dapat didefinisikan dalam lima dimensi besar:
1. Penyesuaian – inti harga diri
2. Peningkatan – Potensi Sosial
3. Keramahan – pesona sosial
4. Kebijaksanaan – taat aturan
5. Intelek/Keterbukaan – keingintahuan dan visi

Kepribadian-kepribadian inilah nanti yang akan membentuk pola kepemimpinan seseorang. Namun demikian, seperti yang disebutkan dalam teori behavioural bahwa kepemimpinan itu dapat dipelajari dan dapat dibentuk, maka proses pembentukan kepribadian inilah yang menjadi poin penting. Beberapa faktor yang telah dipaparkan sebelumnya dalam pembentukan kepribadian, seperti faktor sosiologis, agama dan budaya dapat menjadi positif dengan adanya penekanan pendidikan yang baik sejak dini, baik dalam bentuk formal maupun non formal. Meskipun mereka hidup dengan lingkungan sosial yang kurang kondusif, jika mereka memiliki pendidikan yang baik, maka daya serap terhadap sesuatu yang baik akan lebih tinggi.

Pendidikan menjadi sarana yang sangat efektif dalam membentuk kepribadian dan pola kepemimpinan seseorang. Filterisasi yang terdapat dalam diri orang yang terdidik akan berbeda dengan mereka yang kurang terdidik. Lebih komprehensif lagi, saat ini kita mengenal banyak sekali pendidikan-pendidikan kepribadian dan kepemimpinan. Minimnya ilmu yang dimiliki seorang pemimpin juga akan menjadi penentu keberhasilan kepemimpinan. Sehingga, intelektualitas seorang pemimpin sangat dituntut untuk kemajuan sebuah organisasi. Tidak menutup kemungkinan seorang dengan latar belakang pendidikan yang minim, baik formal maupun non formal akan menjadi pemimpin, namun keberhasilan kepemimpinannya secara tidak langsung akan berbeda jika yang bersangkutan mendapatkan pendidikan.

Dalam pemerintahan kita dengan pola pemilihan pemimpin yang sangat ‘racial oriented’ dan ‘power oriented’ terkesan memaksakan seseorang menjadi pemimpin dengan pengetahuan kepemimpinan yang minim. Banyak kasus kepemimpinan instan ini menunjukkan kegagalan. Sekian banyak pemimpin yang dipilih adalah meraka yang memiliki orangtua sebagai pemimpin. Dalam aplikasinya, mereka belum berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah bekal yang dibawa dari keturunan atau dari lahir, namun merupakan hasil tempaan hidup dan pelajaran hidup. Dalam hal ini, pendidikan kepemimpinan menjadi hal yang sangat esensi. Uji kemampuan kepribadian menjadi tolak ukur untuk menunjuk seseorang menjadi pemimpin, karena kepemimpinan seseorang tidak bisa dilepaskan dengan kepribadiannya.


3.KEPRIBADIAN PEMIMPIN MENCERMINKAN KEBIJAKAN & KARAKTER SEBUAH NEGARA

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang didapatkan dari proses pematangan. Kepemimpinan harus ditempa, tidak didapatkan dengan cara instan atau keturunan. Oleh karena itu, pola pendidikan terhadap para calon pemimpin menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan. Penyiapan-penyiapan secara edukatif untuk para calon pemimpin adalah hal yang harus menjadi perhatian untuk hasil yang baik.

a. Ilustrasi Karekter Pemimpin-Pemimpin Hebat
Berbagai pencapaian dari para pemimpin dunia serta pola kepemimpinannya akan terlihat dari bagaimana kepribadian sang pemimpin. Sebut saja Ahmadinejad, seorang Presiden Iran yang sangat disegani di dunia. Kesederhanaan, kejujuran dan jiwa pengabdian yang tinggi bagi bangsa Iran. Beliau selalu berkata bahwa yang ia lakukan tiap pagi adalah mengatakan pada diri sendiri bahwa dirinya adalah seorang pelayan yang harus memberikan kedamaian, kesejahteraan dan rasa aman bagi rakyatnya. Ia adalah tipe seorang pemimpin yang selalu meletakkan kepentingan rakyatnya di atas segala kepentingan lainnya. Kesederhanaan yang luar biasa dari diri Ahmadinejad telah dikenal di seluruh dunia, seorang Presiden dari Negeri yang kaya akan hasil tambang. Kepribadian yang telah terbentuk ini, sangat mempengaruhi pola kepemimpinannya.
Sosok seorang Ahmadinejad ini menjadi aneh di Negara kita. Adakah kita menemukan seorang pemimpin, baik di daerah, provinsi maupun tokoh pemimpin nasional kita saat ini yang memiliki kepribadian seperti beliau? Tren di kalangan kita saat ini, pemimpin dicetak oleh kepopulerannya di media massa, sehingga banyak dikenal masyarakat. Kepribadian sang calon pemimpin belum menjadi hal yang dipertimbangkan, sehingga tidak salah ketika menjadi pemimpin, ia hanya berlaku semaunya. Kepribadian yang ‘pamer’, jauh dari sikap rendah hati apalagi kesederhanaan. Pilihan menjadi kepala daerah dengan popularitas lebih menjadi tujuan daripada menjadi lurah yang jujur, pekerja keras, rendah hati, peduli kepada nasib rakyat namun jarang disorot kamera.

Memang, tidak sedikit juga pemimpin hebat dunia yang terlahir dari ketenarannya melalui media massa. Sebut saja Ronald Reagan, seorang artis yang menjadi presiden Amerika Serikat. Namun, dalam kepemimpinannya, kita melihat bahwa kepribadiannya pun mempunyai peran penting dalam menyetir keberhasilan organisasi yang ia pimpin. Kepopuleran seseorang mungkin mampu mengantarkan seorang figure pemimpin hingga ke puncak, tapi etika serta kepribadiannyalah yang akan membuat sang figure bertahan lebih lama di puncak dan bahkan setelahnya akan melegenda menembus batas zaman serta pengaruhnya akan tetap terasa dan hidup di tengah masyarakat.

Fenomena yang lebih membuat kita mengurutkan dada adalah maraknya pemimpin karbitan yang muncul sebagai pemimpin, karna kekuasaan orangtuanya. Desentralisasi yang semula direncanakan dan disusun sebagai upaya percepatan pengembangan daerah, menjadi ajang untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi dan atau sebuah golongan. Lalu, dengan kondisi Negara seperti sekarang ini, karakter dan kepribadian pemimpin seperti apa yang kita inginkan? Atau kita memilih kecenderungan pemimpin seperti sosok Saddam Hussein, mantan Presiden Irak yang terkenal sangat otoriter namun tetap berhaluan pada kesejahteraan masyarakatnya.

b. Analisa Kepribadian-Karakter Pemimpin Hebat
Para pemimpin-pemimpin hebat tersebut tidak dengan instan memiliki kepribadian yang mengagumkan. Latar belakang historis serta sosiologisnya sangat berpengaruh besar. Ahmadinejad yang dari kecil seringkali dihadapkan dengan kemelaratan masyarakat sekitarnya, sangat peka dan termotivasi untuk keluar dari permasalahan tersebut. Saddam Hussein yang melihat bagaimana kekayaan alam negaranya diexploitir untuk kepentingan Negara lain dan rakyat yang terus hidup dalam kemelaratan, membuatnya berani untuk memperjuangkan hak-hak rakyat.

Kemudian pada konteks Ke-Indonesiaan, muncul beberapa pertanyaan, diantaranay:
- Apakah kondisi kita saat ini, dapat melahirkan para pemimpin yang berani, teguh pendirian, punya integritas, dan memihak rakyat? Pertanyaan ini harus secepatnya kita jawab.
- Apakah kita terus terbuai dengan pemimpin pembuat kebijakan yang terus menggerus rakyat dengan kepopulerannya?
- Apakah kita akan terus mengesampingkan faktor kepribadian para pemimpin?,
Pertanyaan-pertanyaan ini harus dirumuskan untuk mencetak pemimpin masa depan yang tangguh, berani, cerdas, beritegritas serta memikirkan rakyatnya. Banyak literature dan essai serta buku-buku yang membahas tentang kepribadian/karakter pemimpin yang baik, yang kesemuanya bermuara pada satu kalimat inti bahwa Pemimpin harus orang yang memiliki karakter & komitmen melayani Publik/rakyat/masyarakat nya. Seperti Ahmaddinejad yang memastikan dan mengimplementasikan dirinya adalah seorang pelayan yang harus memberikan kedamaian, kesejahteraan dan rasa aman bagi rakyatnya.

Pekerjaan rumah yang besar bagi kita, selain sulit menemukan tipikal pemimpin seperti itu, disisi lain kita juga menghadapi permasalahan pada manajemen dalam memilih pemimpin. Suara rakyat hanya menjadi aklamasi bersama saja, yang sesungguhnya adalah kepentingan dari partai-partai politik besar. Proses pemilihan pemimpin dan pelaksanaan kepemimpinan yang ada lebih kepada muatan dan kepentingan politik. Setidaknya Indonesia telah pernah memiliki pemimpin yang memiliki integritas luar biasa bagi negerinya, yang menjadi panutan bagi rakyat dan bahkan Negara-negara lain, yaitu Ir. Soekarno. Keberanian & integritas nya bagi harga diri, kesatuan dan kehormatan bangsa menjadikan dia figure yang disegani, baik oleh rekan maupun lawan nya, baik oleh Negara-negara yang bersebrangan kepentingan & ideologi maupun yang searah.


4. KESIMPULAN

Ada dua hal besar yang perlu dipikirkan & dipraktekan dengan baik terkait kepemimpinan, yaitu bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan bagaimana memilih pemimpin yang baik. Dari berbagai literature & buku bacaan,mengatakan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus memiliki kepribadian-kepribadian unggul, seperti diantaranya adalah: jujur, cerdas (baik IQ maupun EQ nya), berani, bertanggungjawab, mengedepankan kepentingan bersama/rakyat dibanding kepentingan pribadi & golongannya, memiliki visi dan manajerial yang baik, serta pribadi yg religious/berketuhanan.

Selanjutnya adalah bagaimana untuk memilih pemimpin seperti itu? Manajemen pemilihan manjadi titik sentral nya. Transparansi, keadilan dan kejujuran, serta mereduksi/eliminasi kepentingan politis menjadi syarat mutlak untuk memperoleh figure pemimpin yang baik tersebut. Dan lagi-lagi Tata laksana pemerintahan yang baik/good governance serta proses pendidikan yang berkualitas menjadi aspek-aspek penting untuk menyokong terbentuknya karakter pemimpin dan terpilihnya pemimpin yang berkualitas tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Wagner, R. K. and Carter, R.L. (1996) Cognitive Implications for Leadership and Administration. International Handbook of Educational Leadership and Administration.

Sparks, C.P. (1996) Personnel Development Series: Humble Oil and Refining Company. Unpublished Mimeographed report, Humble Company, Houston, Texas.

Bentz, V.J., (1967) The Sears Experience in the Investigation, Description and Prediction of Executive Behaviour, p. 448. In F.R. Wickert and D.E. McFarland (Eds) Measuring Executive Effectiveness. New York: Appleton-Century-Crofts, p. 147-206.

Makalah kepemimpinan, Emperordeva’s web blog, diakses tanggal 11 Januari 2012



NK"Earth Hails"

*11 januari 2012
READ MORE - KEPRIBADIAN UNGGUL SEORANG PEMIMPIN, MODAL DASAR MENJADI PEMIMPIN TERBAIK

Selasa, 27 Maret 2012

Nasihat Orang Terkaya ke-2 di Dunia (wajib di baca..!)


Warren Buffert, orang terkaya ke-2 di dunia memberikan nasihat untuk anak-anak muda (kepada kita semua):

"Jauhkan dirimu dari pinjaman bank atau kartu kredit, dan berinvestasilah dengan apa yang kau miliki, serta ingat hal-hal berikut:

1. Uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang.
2. Hiduplah sederhana sebagaimana dirimu sendiri.
3. Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja.
4. Jangan memakai merk, pakailah yang benar-benar nyaman untukmu.
5. Jangan habiskan uang untuk hal-hal yang tidak benar-benar penting.
6. Jika itu telah berhasil dalam hidupmu, berbagilah dan ajarkanlah pada orang lain.

Orang yang berbahagia bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidupnya dan mengucap syukur.."

@semoga manfaat.. :)

NK-"Earth Hails"
READ MORE - Nasihat Orang Terkaya ke-2 di Dunia (wajib di baca..!)

Saat Senyap & Memekakkan Jiwa


malam merangkak
begitu dalam
hening ini sangat senyap
tak spt biasanya...

pikiranku meliuk
tembusi sgala arah
menata, menerpa, menjaga, meniti
berharap asa slalu terjaga
tuk sumringahkan senyum & tawa
di hati - jiwa..

engkau tlah menjadi tumpu & arah juangku

dan,
saat semua begitu beriak
bising memekakkan jiwa
kita hanya perlu kembali..
dan tenang..

begitulah hidup..,
dan pada puncak segala
di titik terdalam..
cukup bagi kita
untuk bertindak "diam"

NK
*kala WITA
READ MORE - Saat Senyap & Memekakkan Jiwa

Minggu, 25 Maret 2012

selalu ADA


jaga
cambuki
sayangi..

arahkan
ingatkan
ajari
sayangi..

jiwaku
slalu terbuka
tuk disentuh
untuk diisi
oleh Warna MU..

mohon,
hati ini
jiwa ini
jangan biarkan kosong
tidak dibiarkan kosong

Engkaulah
Penjaga tanpa jeda...


hamba-MU
nk.
READ MORE - selalu ADA

Sabtu, 24 Maret 2012

Semangat kebangsaan antara dogma, politik, dan realita II (sekedar coretan lintasan pemikiran)


Semangat kebangsaan, menitikberatkan pada kebersamaan, pada ke-gotongroyongan, kekeluargaan, saling peduli, saling merasa, dan saling mendukung, saling melengkapi juga saling mendo'akan :). Tidak pada kepentingan pribada atau golongan, tapi untuk kepentingan bangsa, kepentingan rakyat.

Pada realitas pembangunan sekarang, semangat kebangsaan menjadi slogan politik yang hingar, mabuk disitu dengan semua retorika & intonansi bahasa, sangat gigih memperjuangkan warna kelompoknya. Memenangkanya adalah hasrat ejakulasi yg menekan. Mewarnakan bangsa dengan warna nya. Bukan mewarnakan kelompok dengan warna bangsa nya.

Bagaimana bangsa ini terbentuk, sejarah yang menghela & menderu, perjuangan & nilai-nilai didik yang terukir, rasa & jiwa bangsa yg dilingkupi potensi rakyat, potensi alam, potensi budaya, potensi sosial, tergambar dalam rentang sejarah yang nyata. Adakah semua itu dijadikan pondasi dalam bergerak, merencanakan, dan implementasi pembangunan?? Dimana rakyat sebagai yang dilayani, disejahterakan, diutamakan, sebagai mata jiwa pada setiap langkah pembangunan.

Yang kental terjadi (dari kacamata awam saya) adalah rakyat sebagai komoditi, barang pasar, dipajang & ditata saat diperlukan, untuk produk politik & kepentingan golongan maupun individu semata. Hingar bingar aktivitas tesebut, tetapi coba kita jalan ke pelosok & desa, mereka memiliki kepahaman, indormasi, dan pengetahuan yang sangat sedikit, bahkan tidak memiliki sama sekali dengan apa itu rencana pembangunan, tujuan & bidang-bidang yang dijadikan fokus dalam implementasinya. Karena mereka tidak melihat itu dalam keseharian mereka. Rakyat hanya mendengar kabar bahwa ekonomi bangsa semakin membaik, pendapatan perkapita meningkat, pembangunan untuk kesejahteraan rakyat dll. Namun, yang mereka tau & paham adalah susahnya menyekolahkan anak, biaya pendidikan semakin mahal, biaya kesehatan luar biasa, usaha ini itu susah..krn modal yg sangat terbatas atau dibatasi (bentuk usaha yg 'repot' friendly), dst.
Kemudian rakyat hanya tertegun/melongo dengan harga-harga pemenuhan kebutuhan hidup yang terus melambung atau tiba-tiba melambung. Cabe yang lebih mahal dari daging, susu buat anak yang makin tak terjangkau, gula yang terus merangkak harganya, tepung untuk kueh yang juga terus mendongak, minyak kelapa, beras, sayuran, buah-buahan, minyak tanah, dll. Penggunaan kayu bakar makin sulit, dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat dan berlaku pukul rata. Sedangkan kayu hutan habis oleh kelompok-kelompok itu juga.
Kebijakan tidak dilengkapi dengan keseriusan mempersiapkan & untuk kepentingan bersama rakyat. Kebijakan jadi-jadian, mengikuti trend dunia, tidak pada melihat warna bangsa yg dihadapi. Misal: Gas Elpiji didengungkan, sbagai bahan bakar utk keperluan rumah tangga yang efisien, ramah lingkungan dll, rakyat tidak memiliki pengetahuan mencukupi tentang itu, mereka tidak dipersiapkan. Kemudian terjadi kebakaran rumah krn tabung gas meledak dan kecelakaan-kecelakaan lainnya adalah wajar. Dan lagi-lagi tindakan kuratif sepertinya idola dalam implementasi kebijakan, daripada preventif. Korban berjatuhan, sibuklah penanggulangan & peninjauan-peninjauan. Jika dilihat & ditelaah, semua motifnya "ekonomi", telaah/analisa sosial & budaya tidak menjadi rujukan dalam merencanakan & implementasi kebijakan. Aspek sosial budaya selalu diberangus oleh aspek/nilai ekonomi, kecuali korban/kerugian sudah berjatuhan.

Dengan tingkat pendidikan yang rendah, skill individu yang terbatas, & potensi yang dimiliki sangat terbatas untuk bersaing dalam hidup yang sangat deras & menggerus, rakyat pun banyak disuguhi hal-hal yang makin merusak tatanan nilai pikir & jiwanya.

Dengan Televisi yang dibeli dari kredit atau menjual sebagian kebunnya, atau dari hutang ke tengkulak sawahnya. Mereka disuguhi tontonan-tontonan luarrr biasa. Entertainment, gaya hidup, perkembangan mode & pola perilaku, teknologi, kebebasan, kenikmatan, dan warna-warna ekonomi lainnya yg menggiyurkan. Selanjutnya ya bisa ditebak apa yang terjadi dalam masyarakat. Berita anak membunuh bapaknya karena mau beli motor, anak bunuh ibunya, bunuh neneknya, dll, gadis belia stress & menangis kehilangan mahkota & masa depannya, anak2 remaja terjebak pergaulan bebas luarr biasa, narkoba dll kerusakan tatanan sosial budaya masyarakat. Dan biaya kuratif untuk itu sangat luarr biasa mahalnya.

Semangat kebangsaan sebagai bentuk bisa dimunculkan dalam sikap menentang segala penindasan & diskriminasi terhadap ekonomi, sosial, bahasa, budaya maupun agama. Bukan pada kesetiaan buta terhadap kelompok atau individu yang mengatasnamakan bangsa...

To be continue.

NK-"Earth Hails"
READ MORE - Semangat kebangsaan antara dogma, politik, dan realita II (sekedar coretan lintasan pemikiran)

Kamis, 22 Maret 2012

Matahari


Makna dari harapan
Pastikan gelap itu usai
Hari baru selalu ada

Senyum itu..
Sumringah itu..
Binar itu..!
Decak itu..
Pahit itu..
Perih itu..!
Lirih itu..!

Apapun adanya,
bagaimanapun kenyataannya.
Harapan,
Lagi- Lagi harapan selalu ada.
Bahkan, saat gelap pun,
telah disiapkan, untuk gantungkan harapan,
di titian terang itu...

Matahari!
Alam & makhluk
Sistemik..!
untuk kemudian,
Matahari Jiwa
Matahari dan Air..

*dimana pada akhirnya Samudera dan Tanah ini sebagai Penyelaras Akhir.


NK
READ MORE - Matahari

1 kisah rutin di O2B: KBB nya DJ


Suatu pagi yang cerah, terasa mendung & penuh kilatan halilintar di mata & pikiran YdPA DJ. Siapakah YdPA Dj ini..? Ssttt, jangan sembarang menyebut namanya, terdengar oleh dia bisa berabe, bisa susah urusan, panjang & muter-muter kayak gulali. Dialah sang big boss kampung O2B. Sebuah kampung berupa kerajaan absolut, dunia lain di dunia ini, hehee. Dia lah sang pemilik kampung, Yang di Pertuan Agung (YdPT) DJ. Kita panggil saja dengan panggilan akrab DJ, terdengar keren. Lagi pula denger-denger DJ ini orang nya ngakrab & gaul, dan suka yang keren-keren, beraroma kota metropolis. Nampaknya DJ merasa dirinya representasi dari kelahiran sebuah warna metropolis yang berjiwa penolong (katanya begitu). Dia suka dipanggil DJ, serasa musisi ethno-technology, musik modern yang hingar & penuh sensasi dunia tak berbatas waktu, musik dugem, musik malam-pagi, musik anak muda, musik geliat hasrat keperkasaan & ke-enjoyan. Itulah dia, seorang koboi modern. Umur yang menjelang senja menjadikannya semakin eksentrik.. ya maklumlah koboi metropolis :))

Btw, ada apa gerangan DJ uring-uringan di pagi yang cerah ini. Owalaahh, rupanya karena abdi-abdi dalem & warga kampung tidak kulonuwun alias punten alias ijin dulu kalo mau berangkat ke sebuah acara ke-kampungan (kalau sebuah negara sama artinya dengan acara ke-negaraan, karena ini sebuah kampung jadi acara ke-kampungan, hehe pffhh ada ada aja)

Jadi, dari surat kabar harian Kampung O2B, kalo gak salah nama surat kabarnya "Harian Go-Khill", mirip-mirip artinya kalo bahasa inggris itu 'pateni' alias bunuh aja, hehee, sama seperti manajemen DJ dalam mengelola O2B. Barang siapa ada warga kampung yang mau melebihi kehendak & memiliki kelebihan-kelebihan yang akan melebihinya, pateni aja alias tak perlu di dukung, hambat sebisa mungkin, apapun & bagaimanapun. Karena sudah melanggar peraturan O2B, bahwa yang terhebat, tercanggih, terkeren, terpintar, tertinggi, dan ter-ter selanjutnya adalah hanya dan hanya seorang DJ. (hadeeuuhhh). Jangan tanya alasan atau rasionalitasnya, karena di O2B gak mengenal itu.

Tapi menurut DJ sendiri, Go-Khill itu berarti GK alias "GAUL & KEREN"..! Wowww (sstt, yang memberi nama harian tersebut ternyata DJ sendiri, jadi dia lah yang paling tau artinya. So, arti yang bener bersrti Gaul & Keren, karena itu arti menurut sang pencipta, sang DJ).

Jadi menurut harian Go-Khill, hari itu para abdi dalem & sebagian warga kampung sedang melaksanakan tugas ke-kampungan ke sebuah negeri, mengusung kepentingan Kampung O2B. Sebuah mahakarya ke-negosiasi-an dan ke-advokasi-an. Mungkin saking semangat & asiknya melaksanakan tugas ke-kampungan tsb, para abdi dalem & warga kampung yang tergabung dalam tim MK (maha karya), itu lupa pamitan dulu sebelum berangkat. Tau-tau DJ hanya mendengar tim MK sudah berangkatan. Tapi menurut Harian Go-Khill sendiri, disinyalir Tim MK selain lupa memang merasa bahwa tugas terebut tidak signifikan untuk pamit-pamit dengan DJ. Tim Mk merasa pelaksanaan tugas bukan atas nama DJ, tapi atas nama O2B, dimana sang pemimpin tertinggi O2B telah diberitahu. Pemimpin teringgi O2B adalah Mr. PTT, singkatan dari Pemimpin Teramat Tinggi. Dia seorang pemimpin hebat, top manager ter-top. Tentang PTT ini akan diceritakan di lain kisah yaa.. Gak sopan rasanya PTT diselipkan pada selipan kisah DJ. Karena dia adalah PTT, Top of the Top.

O ya berlanjut ke cerita tadi, jadi menurut tim MK tidak ada signifikansi ritual pamit ke DJ untuk pelaksanaan tugas ke-kampungan tersebut. Tim MK lupa bahwa DJ merasa dirinya sebagai pemilik O2B, pemilik berarti di atas pemimpin keberadaanya. Sehingga segala hal yang berkaitan dengan O2B mesti melalui ritual pamit ke DJ dulu (hadeuhh). APakah termasuk BAK & BAB mesti melalui ritual pamit ke DJ? gak tau juga tuh, mestinya sih iya..jika mengikuti peraturan yg ada hehee. Sederhana sih sebenarnya, hanya tinggal ucapkan dua kata saja "mohon ijin", itu sudah cukup buat DJ senang & bangga. Misalnya; mohon ijin ke air DJ.... mohon ijin ke belakang DJ.. dst. O ya bahasanya mesti dipelankan dengan nada syahdu & kepala ditundukkan sedikit membungkuk seperti orang jepang. Maka yakinlah semua urusan lancar. Salah dan benar nomor 2997 ^__^.

Saking uring-uringannya DJ, maka semua urusan ndak mau urus, persulit n jadi sulit, yg ga ada bisa di ada-adakan, dll deh. Maklum sang pemilik gitu loh.. Repotnya semua jadi kena imbasnya, terutama mesti merasakan, melihat & menikmati wajah & mimik muka uring-uringannya itu. Hal ini paling tidak enak dirasakan oleh warga kampung, kalau mimik uring-uringannya DJ muncul. Seperti apakah mimik uring-uringannya DJ? Menurut tulisan yg pernah di muat di harian Go-Khill bulan kemaren, mimik uring-uringannya DJ itu baby face.. Nah loh, knapa juga jadi tidak enak & meresahkan warga kampung? bukannya nyaman menikmati wajah baby face?? Owh, ternyata ada kata sambungannya, yaitu Baby Face KBB, semua grasak grusuk, sana sini kayak kitiran, glodak gluduk dst. Apakah itu baby face KBB? Go-Khill mengatakan DJ dengan wajah baby face KBB adalah seperti wajah bayi yang mau Kentut & Beol Berbarengan..! Hadeuuuhhh lagiii..

Ya mudah-mudahan KBB nya DJ gak berlama-lama yaa, kasian O2B sering-sering diempanin KBB nya DJ terus..

Salam O2B...!!

Nk-Eh
READ MORE - 1 kisah rutin di O2B: KBB nya DJ

Minggu, 18 Maret 2012

Absurditas Mindset melahirkan Kekhawatiran-Kekhawatiran tak Logis


Dibawah sebuah kelembagaan, orang-orang anggota kelembagaan dirundung kekhawatiran. Selalu dibingungkan dengan realitas seperti ini. Apa yang sebenarnya di khawatirkan??? Ketika ditanya, kekhawatiran selalu terkait personalitas & kepentingan-kepentingan yang mengarah pada person & golongan/kelompok-kelompok. Semua jadi sangat terlihat telah keluar dari jalur yang semestinya. Kejelasan untuk mampu melihat semua itu ketika kita telah berada pada jalur seharusnya & melepas kepentingan-kepentingan personal diri yg jadi pertimbangan.

Saat kita berada pada lembaga pelayanan misalnya, Apa yang dikhawatirkan, ketika kita sudah bekerja sesuai tupoksi "dasar" yaitu memberikan pelayanan terbaik kepada yang kita layani, selalu mengedepankan kepentingan klien/mereka yang kita layani sebagai pertimbangan utama dalam setiap aspek aktivitas & kebijakan yg diambil. Ketikapun kita menjadi mengernyitkan dahi, berkeringat dst karena permasalahan yang dihadapi, itu karena permasalahan yang dihadapi, dirasakan & dialami oleh yang kita layani/klien. Kerja keras utk memfasilitasi problem solving buat mereka. Dan saat kita tempatkan diri kita pada konteks transedental sebagai makhluk Tuhan, maka Insya Allah kita malah akan semakin kuat dan terbebas dari kekhawatiran horisontal, karena semua memang telah semestinya menjalankan amanat yg mendasar dari tupoksi kita. Jika pun ada kekhawatiran, adalah kekhawatiran transendental, khawatir bahwa kita tidak menjalankan amanat tsb semestinya, khawatir DIA kecewa & melihat (dengan penglihatan Nya yg lebih tajam) bahwa kita tidak bekerja semestinya.

Namun saat kita bekerja dan beraktivitas sebagai anggota lembaga, menempatkan setiap aktivitas & kebijakan yang diambil berangkat dari perhitungan keuntungan/kepentingan personal nya sendiri sebagai pijakan dasar berpikirnya, maka kekhawatiran-kekhawatiran berantai mendekati. Ini lumrah. Karena dengan mindset dasar seperti itu, kerentanan sosial & individu sebenarnya telah menjadi miliknya. Kualitas pekerjaan pun menjadi seadanya. Bagaimana bisa mengoptimalkan pekerjaan, ketika dalam melakukan pekerjaan diawali dengan pikiran -misalnya- 'apa keuntungan ekonomis yang bisa diambil semaksimal mungkin', atau 'ada keuntungannya gak', atau 'apa yang bisa dibuat atau rekayasa dalam pekerjaan ini sehingga memberikan keuntungan terhadap diri', dst.. Disini, kita tidak lagi berdiri pada pondasi yang kokoh dan clear, karena apa? karena bekerja di lembaga pelayanan, tetapi tidak menempatkan energi & aspek pelayanan sebagai pondasi berpikir & bergerak.
Menjadi wajar ketika kemudian terjadi hal-hal chaos seperti mis-management, mis-priority, kebijakan-kebijakan paradok, output yang gak semestinya, ketidaktercapaian esensi dari tujuan & fungsi lembaga, lack of eadership, dll dll.

Jadi yang susah sebenarnya bukan pada bagaimana melaksanakan pelayanan yang baik & mencapai output, outcome dst yg terbaik dalam pelayanan yg dilakukan, akan tetapi bagaimana menempatkan hal yang benar dulu dalam pondasi berpikir kita, yaitu menjadikan "yg kita layani" sebagai patokan, indikator, titik tolak dst dari segala gerak pikir & gerak fisik serta gerak hati kita dalam bekerja. Karena pada konteks pelayanan, sudah banyak tersedia teori, konsep, tools, dll terkait hal tersebut, tinggal kita gunakan saja bahkan dengan mindset bekerja yang benar, kita bisa melahirkan bentukan/konsep baru yang berasal dari kolaborasi teori/konsep dengan fakta pekerjaan pelayanan yang dihadapi.

Dan lagi-lagi disini sistem berkiprah kuat untuk bisa menjadikan yg semestinya tersebut. Individu-individu yg memiliki mindset & kekuatan yang benar dalam bekerja, pada realitas kasat mata tidak mampu melakukan ide, dinamika, konsep dll dalam pekerjaannya, ketika sistem tidak mendukung bahkan berada pada posisi sebaliknya. Sistem ini bukan sistem dalam arti sistem pada konteks negara ini, krn negara tidak akan pernah mengkhianati amanat undang-undang, apalagi itu UUD 1945. Secara horisontal, semua makna pelayanan yang semestinya termaktub di undang-undang tersebut. Pada konteks vertikal malah lebih konkret lagi. Jadi sistem yg selalu berpaling dari yg semestinya adalah sistem bentukan individu-individu dengan mindset yang gak rasional tersebut. Bukan kelembagaan & amanat-amanat nya yang tertuang dalam visi-misi lembaga, apalagi negara dengan visi-misinya.

Individu-individu yang bergerak pada titian yang semestinya mungkin seolah-olah terasingkan/teralinasi atau dialienasi pada realitas sosial kelembagaan dimana mereka bekerja, namun sebenarnya tidak sama sekali. Justru individu-individu ini pada level perlakuan yang bagaimanapun tidak pernah merasa dirugikan sebagai personal, dan tidak ada amarah untuk itu. Kecuali dirugikan pada konteks amanat pelayanan dan mengurai amarah tidak atas nama dirinya, tapi atas nama pelayanan, kelembagaan & negara itu sendiri. Perjuangannya berada pada titian fungsi keberadaan dirinya sebagai pelaksana amanat lembaga/negara, bukan amanat person per person yg tidak mewakili warna amanat lembaga-negara, dalam contoh tulisan ini pada konteks lembaga pelayanan sosial.

Hidup ini sebuah lintasan perjalanan saja, bagaimana kita memaknakan itu untuk bisa bermanfaat buat sebanyak mungkin orang, sebanyak mungkin fungsi kemanusiaan, humanitarian dst. Dan sebenarnya sangat signifikan serta strategis ketika kita berada pada ranah pelayanan sosial. Menjadi bekal yang sangat luar biasa bagi perjalanan kita selanjutnya, atau malah menjadi bumerang, itu semua tergantung pada mindset & kelegowoan kemanusiaan, serta rasionalitas & objectivitas profesional sosial kita dalam melakukan gerak pikir, fisik, hati & jiwa kita.


NK-"Earth Hails"
READ MORE - Absurditas Mindset melahirkan Kekhawatiran-Kekhawatiran tak Logis

Kesemestian: Kepuasan Klien adalah Indikator Keberhasilan yang Utama dari Institusil/Lembaga Pelayanan


Pada basic pemahaman tentang "pelayanan", maka tujuan tertinggi adalah memberikan pelayanan terbaik bagi yang dilayani nya. Semua kemampuan dan potensi yang ada diarahkan untuk memberikan kepuasan bagi yang dilayaninya. Begitu juga pelayanan yang diberikan berupa Rehabilitasi Sosial, maka tujuan utamanya adalah memberikan yang terbaik bagi yang direhabilitasi, sebuah kepuasan komprehensif, baik berupa kesembuhan, keberdayaan, dll yang coba dimaknakan pada konteks ini dengan kata "keberfungsian sosial". Jadi apapun itu, dan bagaimanapun inisiatif, inovasi & pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk meraih tujuan rehabilitasi, adalah dalam upaya memberikan kepuasan kepada yang dilayani. Kepuasan sosial, bukan berarti menempatkan lembaga sebagai pemuas kebutuhan, meskipun bisa dikatakan begitu jika kita tidak sensitif terhadap artikulasi kata & bahasa, mampu menerima itu sebagai fakta yang menjadi tanggungjawab sosial.

Terlepas dari semua aksentuasi & artikulasi bahasa, bagaimanapun pelayanan prima adalah untuk mencapai kepuasan yg dilayani/konsumen. Permasalahan berikutnya adalah ketika kita mesti menentukan siapa konsumen kita. Pada konteks Panti Sosial, jelas konsumen utama kita adalah klien & keluarganya, terciptanya kepuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan mestinya menjadi indikator keberhasilan kerja & eksistensi panti sosial tersebut. Pada era sekarang, malah masyarakat/publik pun merupakan konsumen kita pada level yang berbeda, dan ketika klien dengan keluarganya merasa puas terhadap pelayanan yg diberikan, publik pun akan puas dan mengapresiasi baik terhadap kinerja lembaga.

Permasalahan berikutnya adalah bagaimana menentukan pijakan/pondasi untuk merancang & melaksanakan pelayanan tersebut. Logika sederhanyanya adalah, jika kita ingin memberikan pelayanan yg memuaskan & tentunya tepat, adalah berdasar kepada apa yang dibutuhkan atau yg menjadi kebutuhan konsumen/klien. Kebutuhan menurut klien, bukan kebutuhan menurut pendapat kita. Berangkat dari situlah kita menyiapkan perangkat - sistem pelayanan yang akan diberikan. Kita berangkat pada pernyataan-pernyataan logika seperti ini: Apa yang terbaik menurut konsumen/klien, bukan apa yang terbaik menurut kita. Apa yang menjadi potensi/kualitas klien, bukan apa yang menjadi potensi/kualitas kita atau lembaga. Karena kualitas lembaga akan ditentukan oleh kemampuanya memaksimalkan potensi/kualitas klien untuk memenuhi kebutuhannya, untuk mencapai kepuasan tadi. Dan jika mau jujur, seringkali kita masih terbalik-balik dalam menetapkan pondasi/mindset ini, sehingga langkah & hasil selanjutnya pun jadi salah-salah sasar. kita disibukkan dengan identifikasi kebutuhan klien menurut kita. Kita berdiri sebagai para pengamat & spesialit bahkan cenayang yang memperkirakan bahkan menetapkan kebutuhan-kebutuhan klien & berujar "ini yang mereka butuhkan". Konklusi yang bersumber sebagian besar berawal dari kita bukan bersumber dari klien.

Jadi, pada konsep pelayanan ini, semestinya yang menjadi Sumber, Solusi & Konklusi adalah klien. Bahasa kerennya adalah pelayanan/rehabilitasi dengan pendekatan "Client Centered" . Klien lah sumber segala inspirasi, kebijakan, prakarsa, dll untuk membuat sebuah design pelayanan rehabilitasi sosial tadi. Kita hanya berdiri sebagai fasilitator yang memfasilitasi semua itu. Pada level ini, secara ekstrem bisa dikatakan bahwa penentu kebijakan sesungguhnya adalah konsumen/klien, kita hanya memfasilitasi dalam bentuk perundang-undangan atau peraturan-peraturan serta perangkat-perangkat lainnya untuk memastikan ketercapaian tujuan, ya kepuasan klien tadi.

Terkait perundang-undangan, kebijakan-kebijakan yang ada pun semua memfasilitasi tercapai & terjaganya kepuasan klien tadi sebagai konsumen dari pelayanan yg diberikan. Teori-teori, metodologi, pendekatan-pendekatan yang ada, semua mengarah pada hal tersebut. Pelayanan/rehabilitasi sosial berbasis masyarakat (community based), berbasis hak asasi (right based), dst dst, semua menempatkan konsumen bukan sebagai objek, tapi sebagai subjek, penentu, berperan aktif dst. Jika kita bergerak pada pelayanan/rehabilitasi terhadap penyandang cacat, maka semua kebijakan diarahkan untuk kepuasan penyandang cacat, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun masyarakat, dan yg lebih mendasar lagi sebagai manusia. Sebut saja Konvensi Internasional Hak Penyandang Cacat misalnya (yang menjadi bahan rujukan & pedoman dalam penentuan kebijakan-kebijakan aplkatif selanjutnya). Kita ambil saja sebagai contoh adalah dua pasal dari konvensi tersebut, yaitu pasal 1 (tujuan) dan pasal 3 (prinsip-prinsip umum), sbb:

Pasal 1
Tujuan

Tujuan dari Konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin penikmatan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar secara penuh dan setara oleh semua orang penyandang cacat, dan untuk memajukan penghormatan atas martabat yang melekat pada diri mereka.

Orang-orang penyandang cacat termasuk mereka yang memiliki kerusakan fisik, mental, intelektual, atau sensorik jangka panjang yang dalam interaksinya dengan berbagai hambatan dapat merintangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif berdasarkan pada asas kesetaraan.

Pasal 3
Prinsip-prinsip umum

Prinsip-prinsip dari Konvensi ini adalah:
(a) Penghormatan atas martabat yang melekat, otoritas individual termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan, dan kemandirian orang-orang;
(b) Nondiskriminasi;
(c) Partisipasi dan keterlibatan penuh dan efektif dalam masyarakat;
(d) Penghormatan atas perbedaan dan penerimaan orang-orang penyandang cacat sebagai bagian dari keragaman manusia dan rasa kemanusiaan;
(e) Kesetaraan kesempatan;
(f) Aksesibilitas;
(g) Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan;
(h) Penghormatan atas kapasitas yang berkembang dari anak-anak penyandang cacat dan penghormatan atas hak anak-anak penyandang cacat untuk melindungi identitas mereka.

Dari kedua pasal itu saja sudah sangat jelas, konsumen/klien dalam hal ini penyandang cacat sebagai pusat dari segala inspirasi rancangan kebijakan, perencanaan program, pelaksanaan dst. Dan semua diarahkan untuk kepuasan tertinggi bagi klien, sebagai manusia seperti kita juga.

Apakah kita pada prakteknya sudah melangkah seperti itu?? atau sedang berproses ke arah itu?? atau belum?? atau malah berlawanan arah??
Kebesaran hati, kejujuran, sportivitas, objectivitas intelektual, objectivitas sosial & jiwa social worker kita bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan gamblang & konsisten...

To be continue...


NK-"Earth Hails"
READ MORE - Kesemestian: Kepuasan Klien adalah Indikator Keberhasilan yang Utama dari Institusil/Lembaga Pelayanan

97,7 % kedalam ( contemplation )


dengan diriku,

aku berkata
aku bertanya
aku berkaca
aku telaah
aku ber-analisa
aku diskusi
aku sharing
aku curhat
aku mengeluh
aku tertawa
aku menangis
aku bercanda
aku marah
aku kecewa
aku bangga
aku bahagia
aku menderita
aku sehat
aku sakit
aku perih
aku mengerti
aku tidak mengerti
aku paham
aku tak paham
aku belajar
aku tegas
aku sabar
aku berlari
aku berjalan

dan akhirnya
aku tersenyum.. :)


NK-"Earth Hails"
READ MORE - 97,7 % kedalam ( contemplation )

Semangat Kebangsaan, antara dogma, politik & realita (sekedar coretan lintasan pemikiran)


Kebanggaan Indonesia melalui Bung Karno sebagai salah satu dari "The Initiative Five" pada konteks Non-Blok jelas telah & akan terus menjadi catatan sejarah yang kental dengan kecerdasan, kemandirian, dan kebangsaan. Lima negara pencetus & pemrakarsa Non-Blok itu adalah Mesir, Yugoslavia, Indonesia, India & Ghana. Lima nama hebat yang jadi Presiden nya (saya yakin gak asing buat telinga kita), yaitu: Nassar - Mesir, Tito - Yugoslavia, Soekarno - Indonesia, Nehru - India, dan kwame Nikrumahh - Ghana.

Semangat Non-Blok atau Non-Alignment ini berawal dari keprihatinan pada kenyataan penguasaan dunia kepada dua kekuasaan - kekuatan, blok barat dengan Amerika & konco-konconya, & blok timur dengan Uni Soviet & konco-konconya. Nyaris secara ipoleksosbudhankam kedua blok itu saling menguasai & meraih anggota sebanyak mungkin. Bahkan secara kekuatan militer dibatasi garis tajam antara NATO & Pakta Warsawa. Meski saat itu semangat dunia adalah membebaskan penjajahan diatas dunia, namun bentuk blok-blok seperti itu sama saja dengan wujud penjajahan dengan cover baru. Gerakan Non-Blok memahami ini, dan dengan cerdas menafikkan blok-blok tersebut dengan membuat Non-Blok, meyakinkan pada dunia bahwa kita sebagai Negara merdeka tidak terbelah & mengarah pada konfrontasi antar blok.

Konferensi Asia Afrika 18 April 1955, yang melahirkan "semangat Bandung" menjadi trigger semangat kebangsaan yg luar biasa & mendunia. Dilanjutkan dengan KTT Non Blok di Beograd-Yugoslavia, 1 - 6 September 1961, yang diikuti KTT-KTT berikutnya, menjadi warna baru dunia, bahwa kecerdasan, kemandirian & kebangsaan itu ada. Bahwa hak-hak segala bangsa itu sama. Bahwa kemerdekaan negara-bangsa itu ada. Dengan semangat perdamaian yang tinggi, The Initiative Five pada tahun 1960 didepan Majelis Umum PBB ke-25, menyuarakan resolusi untuk meredakan ketegangan Timur - Barat, yang telah manjadi musuh bebuyutan, yang sangat berpengaruh kepada pergaulan dunia & keterbatasan-keterbatasan negara-bangsa di dunia.

Kondisi diatas adalah sedikit ilustrasi betapa kita, Indonesia, mampu menjadi pelopor & menembus idola dunia saat itu (blok barat & timur) utk kepentingan yang lebih tinggi dan lebih luas bagi Dunia. Gambaran konkert, betapa kecerdasan & kemandirian Pemimpin bangsa menjadi kekuatan luar biasa dalam menunjukkan langkah-langkah & aktivitasnya, tidak hanya sebatas teritori internal/nasional, tapi juga international. Dihargai, disegani, oleh dunia.

Kini semangat kecerdasan, kemandirian, & kebangsaan tersebut sepertinya semakin parsial, semakin terkotakkan, semakin menyandarkan pada kekuatan pihak/negara lain. Yang secara perlahan & nyata menelikung bahkan mengkebiri tunas-tunas bangsa. Kemudian celoteh anak SMA itu muncul, ketika mendengar visi & misi sebuah partai politik; "itu visi misi mereka atau visi misi titipan"? Kemudian justifikasi tetangga, orang agama, yang ikut partai tersebut: "udahlah nak, toh semua di dunia ini adalah titipan"..
Hadeuhh, ilmu agama, pesantren dll cuma dijadikan alat justifikasi politiknya saja, memakai nama Tuhan untuk kepentingan hidupnya.

To be continue.. (jadi bete nulis kalo inget justifikasi-justifikasi orang-orang paham agama utk secuil warna politik & sempitnya hidup hakhakhakkk)


NK-"Earth Hails"
READ MORE - Semangat Kebangsaan, antara dogma, politik & realita (sekedar coretan lintasan pemikiran)

Sabtu, 17 Maret 2012

Untuk mu Ayah-Ibu..


Ayah,
engkau bilang"jadilah rajawali dalam pikiran & jiwamu
kembara susuri air & tanah
hidup dimanapun berada..
tidak terkuasai air maupun tanah
tapi memandang lebih luas,
melihat lebih tajam..
amati, pelajari, kontrol, kuasai
tidak untuk menaklukan!
tapi untuk kerja sama & saling melengkapi.."

Ayah..,
engkau pun bilang "mainkan badai hidup
..dengan menikmatinya'
bermain & bekerjasamalah!
& kamu akan bisa menguasai, juga mengkontrolnya

Ayah,
engkau ayahku, sahabat sekaligus rekan
partner terhangat-terdalam-terkuat-terbijak

Ibu,
kini anak mu dalam badai kehidupan..
dan dengan semua bekal dari mu,
aku bertahan & sambut badai ini..

Ibu,
hanya doa yg mampu kupersembahkan saat ini..
doa yg tidak secuil pun sebanding dgn do'a-do'a mu untuk ku..
hingga saat ini..
dan air mata-mu tak pernah habis
untuk iringi lantunan doa-doa untuk ku
doa-doa & harapan yg selalu "terbaik"
untuk anakmu..,
anak mu yg hanya berpikir kebaikanya sendiri
anak mu yg hanya memiliki "kepongahan", tdk lebih
...sedang engkau slalu mngajarkan 'kerendah-hatian'..

betapa menggunung & tak terkira banyaknya kebaikan mu Ibu
se-menggunung & tak terkira banyaknya dosa & nista ku pada mu.

dan aku belum mampu apa-apa, selain menyusahkanmu dalam duka..

Ibu..,
di dasar jiwa terdalam adalah kecintaan tertingga kepada mu..
engkau mahkotai aku dengan kelembutan & kasih sayang
dengan nasehat dan petuah abadi..

Ibu..,
engkau yg "terbaik" dari yang "paling baik" ..
dan aku sangat nista..
hanya bisa membuat mu 'menangis' ..
sedang setiap hela nafas ini adalah butir-butir perjuangan mu..

Ayah..,
trilyun-an berlian telah engkau sematkan di jiwa & pikiranku..
tak banyak, mndekati 'tidak ada' yg bisa kupersembahkan utk mu Ayah
terimakasih tak terhingga untuk mu Ayah...

Ayah-Ibu,
baik-baiklah disana..
sujud sungkem terdalam ku untuk mu
Ayah & Ibu..


NK-"Earth Hails"
READ MORE - Untuk mu Ayah-Ibu..

Mohon Ampun atas "jeda" ku...


Tuhan,
Sekian lama Engkau ada di "jeda" ku...
Lalaiku telah sangat parah
Gemeretak diseluruh sisi!

Pun saat Karunia Mu begitu berlimpah..
Bahkan saat pedih itu pun bersimbah
Dan aku masih saja berjalan pongah..!

Menengadah kepada Mu saat semua telah lelah,,
Maafkan, aku kembali bersimpuh di Keagungan Mu..
di Kelembutan Mu, di Kuasa Mu, di Kasih & Sayang Mu..
Engkau Yang Satu dan tidak ada selain Mu..

Rinduku begitu pepat untuk Kau dekap dalam Maghfiroh Mu..

Tuhan,
disenyap ini..
di hening dan ratap ini..
betapa aku telah palsu
telah berada pada ke "alpaan" yang dahsyat..!

Walau kuyakin Kasih Mu tiada berbatas
Namun masih pantaskah aku mengharapkan itu..
Hanya Petunjuk Mu yang kujadikan Iman ku
untuk terus meretas titian ini
bersama cahaya Mu,
bimbing aku di kekosongan dari ketidak kosongan itu..

Begitu pekak telingaku
oleh bisikan-bisikan Mu
bilur-bilur biru-ungu begitu kerap dan nyata di tubuhku
dari pecutan-pecutan Mu
Namun.. masih saja aku bebal..!!!

Tuhan..
redamkan aku dari semua gejolak maya ini
Lemahku adalah fitrah dari Mu
inkonsistensi adalah diriku,
konsistensi dan kepastian hanya milik Mu..

Tuhan..,
maafku yang biru
untuk Rakhmat Mu....


NK for "Earth Hails"
READ MORE - Mohon Ampun atas "jeda" ku...

Kamis, 15 Maret 2012

Menengok Liberalisme lagi


Liberalisme, liberalisasi, liberalis, menunjukkan paham - aktivitas - dan pelaku/pengikut. Liberal, suatu bentuk & keadaan yang mendasarkan diri pada paham 'kebebasan', menujukkan ke-modernan. Istilah "freedom" menjadi gelora dari aktivitas - sepak terjangnya. Revolusi Perancis menjadi salah satu tonggak konkret penggedor kebebasan dengan semboyannya 'liberty, egality, fraternity'. Cermati susunan kata-katanya, menempatkan "liberty" atau kebebasan sebagai yg pertama, setelah itu baru "egality" dan "fraternity" / persamaan dan persaudaraan. Artinya kebebasan dulu baru ada persamaan dan persaudaraan. :)

Tidak heran ketika agama pun mesti mengikuti gelora liberalisme/kebebasan ini. Menjadi terbalik. Karena agama tidak mewakili semangat kebebasan, malah banyak membatasi (kata mereka..). Agak bijaknya berupaya mensinkronkan antara agama dengan paham kebebasan. Bukan mensinkronkan kebebasan dengan yang dikehendaki nilai-nilai agama. Sebagai penghromatan dan fitrah manusia membutuhkan tempat menggantungkan diri pada yang kuasa/dewa dan sejenisnya, maka agama tetap ada, hanya sebatas 'ritual'..aktivitas transendental - vertikal, tidak pada horizontal. Muncullah dogma memisahkan agama dari kehidupan bernegara dan atau kehidupan antar manusia / horizontal. Agama hanya bersifat personal/private antara individu manusia dengan Tuhan nya.

Saat ini tidak sulit menemukan bentuk-bentuk keluaran/output dan uga outcome dari paham kebebasan/liberal ini. Bahkan paham ini memberikan kebanggaan-kebanggaan, perasaan hebat dst dari para pengikut nya, atau pengagum nya. Keluar dari rumah kita sekian meter, menengok ke kanan atau kiri atau menatap ke depan dst, warna warni paham tersebut sangat mendominasi. Baik dalam bentuk tampilan, tindakan-perliaku, dst. Celakanya, tapi nyata, para pengagum dan pengikut paham ini adalah usia-usia produktif, usia remaja, pemuda-pemudi. Kemudian akan semakin terbelalak lagi kita, sekarang-sekarang ini para cikal bakal penerus, alias usia anak-anak pun telah terwarnai, berwarna dan memiliki kebanggaan pada paham ini, dengan bentuk-bentuk pola pikir, perilaku, dll.

Artinya, yang tidak mendominasi alias tidak berwarna paham liberal sangat sedikit. Dan mereka seperti orang-orang asing atau terasingkan secara sistem kemasyarakatan maupun kenegaraan. Dianggap nyeleneh, aneh, bodoh, kampungan, katro, dan istilah-lain yang menunjukkan 'rendah'.

mulai mengantuk, to be continue..

NK-"Earth Hails"
READ MORE - Menengok Liberalisme lagi

Untuk jadi renungan, kontemplasi kedalam, khususnya aku (ini copas dari Sahabat)


Ku cinta kau karena ALLAH
Ketika kau nyatakan cintamu pada Allah
Diantara sujud panjangmu didalam sholat dan rasa syukurmu
Rasakanlah bahwa ALLAH itu dekat…..
Benar2 dekat melebihi urat leher kita…
Dia ada dalam nafas kita
Dia ada dalam setiap gerakan kita…

ALLAH, sekian tahun waktu berjalan
Sering kali kuucapkan bahwa Engkaulah Cintaku
Dan Seringkali pula aku melanggar dengan hal2 nista & tak penting
Tapi Engkau tak pernah lelah dan bosan
untuk menerima kembali dalam pelukkanMu

ALLAH kalau saat ini aku merasa tenang
Itu karena Engkau tiupkan ketenangan dalam jiwaku
Kau beri aku Nur Cahaya IllahiMu
untuk menerima semua kasih sayangMU…

ALLAH bila waktunya tiba,
waktu dimana Engkau menilai aku pantas menerima karuniaMU
Pilihkan dia karena Engkau
Buatlah hatinya memilihku Karena Engkau
Buatlah cinta kami berlandas cinta padaMu
Buatlah hatinya penuh cahaya Nur Mu
Dan buatlah kasih sayang diantara kami menjadi satu untukMu Ya Rahman ..

ALLAH ada satu waktu dimana kami ingin...
Asmaul Husna adalah nyanyian keluarga kami
Salawat kepada Nabi adalah percakapan kami

ALLAH..Engkaulah cinta tertinggi kami..
cinta yang tersimpan dalam lubuk hati terdalam kami…
Cinta yang hanya bisa kuungkapan dengan sedikit rasa syukur kami
diantara samudra kenikmatan Mu yang tiada bertepi..

ALLAH… , curahkanlah cintaMu pada kami
Cinta orang-orang yang mencintaiMU, namun masih juga durhaka kepada Mu..
ampunilah dosa kami dengan Rahmaan & Rahiim Mu..
dan Sampaikanlah amalan2 yang mendekatkan cinta kami padaMu
dan jadikanlah cinta kami padaMU melebihi cinta kami kepada diri sendiri dan keluarga kami..

Amiin...

(terimakasih pada penulis, yg telah mengijinkan untuk copas, sahabat yg telah mengingatkan & memberi kebaikan melalui tulisan ini.., semoga Allah membalas dengan karunia yang indah kepadamu..)


NK-"Earth Hails"
READ MORE - Untuk jadi renungan, kontemplasi kedalam, khususnya aku (ini copas dari Sahabat)

Rabu, 14 Maret 2012

"Saat JIWA tidak lagi IKHLAS dengan warna RAGA"


Bagaimana rasanya saat jiwa kita sakit?
Saat jiwa kita tak lagi berbentuk?
Saat jiwa kita terasa luluh lantak?
Saat jiwa kita seolah tidak ada?
Saat jiwa kita seolah tidak dalam raga?
Saat jiwa kita tidak lagi mau berbungkus raga?
Saat jiwa kita tidak lagi IKHLAS dengan warna raga?

Tanya-tanya seperti itu sulit untuk dijawab apalagi deskripsikan dengan clear dan detail. Jikapun harus, mungkin membutuhkan ratusan, ribuan bahkan jutaan lembar kertas, itu pun tidak cukup!

Semua hanya bisa dijawab dengan rasa kita. Rasa jiwa - rasa hati. Telusurkan pada jalur didalam diri, tidak pada raga. Karna untuk menjawab semua itu memerlukan kedalaman & kejujuran. Sedangkan raga seringkali berdusta.

Untuk setidaknya bisa meraskan bagaimana tanya-tanya tersebut terjadi dalam hidup ini, mengunjungi RSJ (Rumah Sakit Jiwa), adalah salah satu cara. Menemui para penderita psikotik dengan berbagai bentuk & latarbelakang. Menatap, berdialog, dekat dst dengan mereka akan membawa kita pada zona lain yang tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Zona & warna kehidupan yang berbeda, asing & teralienasi, namun kental & pekat pada beberapa sisi.

Dan saat mereka dinyatakan sembuh oleh RSJ pun, sebenarnya sinkronisasi jiwa & raga nya belum tuntas. Karena indikator sembuh dari RSJ yang paling nyata adalah mereka sudah "tenang". Mereka tidak lagi mengamuk atau histeria atau bentuk kekambuhan-kekambuhan lainnya. Kondisi "tenang" mereka pun ditunjang oleh obat-obatan psikotik. Dengan proses penyembuhan, terapi serta pangaturan dosis, dst, toh mereka masih terus membutuhkan obat-obatan. Seringkali juga mereka masih kambuh-kambuhan, dan obat penenang menjadi solusi cepat. Pada konteks tertentu, tenangnya mereka juga memberikan ketenangan kepada terapis-medis :) Disinilah perbedaan batas versi sembuh antara medis & sosial. Versi kami di bidang sosial, kesembuhan mereka tidak terletak pada "mereka sudah tenang", tapi kepada keberfungsian sosial mereka sebagai individu, anggota keluarga & masyarakat. (mesti diakui, ini pekerjaan yang sangat berat...)

Untuk itulah perlu upaya rehabilitasi yang berkesinambungan & komprehensif terhadap mereka pasca RSJ / medis. Beberapa pertanyaan berikut menjadi missing link dalam penyembuhan mereka pasca RSJ:

1. Apakah mereka siap bergabung kembali dengan keluarganya, dan keluarganya siap menerima (juga support) dengan keberadaanya?
2. Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap mereka? Apakah mereka siap kembali bergabung dengan masyarakat & aktivitas-aktivitasnya?
3. Kesiapan & perbekalan apa yan dimiliki mereka pasca pengobatan untuk bisa diterima & beraktivitas sebagai anggota keluarga dan masyarakat, normally dengan ukuran standar saja.
4. Apakah keluarga dan masyarakat sudah dipahamkan terkait eksistensi/keberadaan mereka?

dan sederat pertanyaan lain.

Realita selalu menunjukkan bahwa semua itu memang missing*.

Kementerian sosial memiliki kepedulian terhadap konteks ini. Pelayanan/rehabilitasi sosial kepada mereka pasca RSJ dalam istilah Kemensos adalah Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Eks psikotik.

Metode dan langkah-langkah/tahapan-tahapan rehabilitasi sosial sebagai pedoman telah disiapkan oleh Kemensos. Tools dll juga telah disiapkan. Selanjutnya keberhasilan rehabilitasi tergantung pada integritas & kreativitas kita dalam bekerja, menterjemahkan teori & konsep pada fakta lapangan/client yang ditangani.

Intinya bagaimana menjadikan mereka kembali berfungsi secara sosial, normally, atau setidaknya lebih baik & semakin baik.

Mengunjungi, apalagi ikut melayani para psikotik & eks psikotik, akan membawa kita pada pemahaman & perasaan untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di awal tulisan ini, pemahaman yang lebih dalam lagi.. :)

to be continue..

NK for "Earth Hails"
READ MORE - "Saat JIWA tidak lagi IKHLAS dengan warna RAGA"

Fenomena Video Mesum & Eforia Demokrasi


Mungkin masih ingat, bagaimana maraknya video mesum ALC (Ariel Luna Cut tari), sangat cepat menyebar, membuncah seperti gelombang samudera, seolah menutup issue-issue & tema-tema berita lain yg lebih penting & mendasar di Indonesia. Bahkan kasus ALC tersebut cenderung didramatisir. Apakah ini sebuah momentum pengalihan?. Tanya pada asbak di sudut meja biru itu.. :)

Disisi lain, hal ini juga menunjukkan betapa tinggi perhatian & permintaan pasar/publik terhadap video tersebut, jika tidak ada permintaan, tidak akan terjadi penggandaan & penyebaran besar-besaran dari video & berita terkait video tersebut melalui berbagai sarana & media.

Inilah konsekuensi logis ketika globalisasi, modernisasi, & liberalisasi yg dianggap sebagai warna-warna demokrasi terimplementasikan "dengan baik" di Indonesia (bahkan dapat penghargaan internasional). Kejadian tersebut akan terus bermunculan, tidak hanya di kalangan artis, akan tetapi juga di kalangan politisi, akademisi, masyarakat biasa, dst. Exposed or not.

Kita lihat bagaimana respon atau tindakan-tindakan aparat/pemegang kebijkan menanggapi maraknya penyebaran video tersebut, semakin menunjukkan pada dasarnya kita (Indonesia) belum siap memaknai & memahami demokrasi secara utuh, masih terjebak pada eforia & ngetrend saja. Seperti tindakan merazia handphone-handphone siswa-siswi dst, hanya semakin menunjukkan tindakan kuratif yang bernada "ceremonial" / pertunjukkan saja, tidak meringankan permasalahan, apalagi menyelesaikan permasalahan, yang ada malah memunculkan & menambah permasalahan-permasalahan baru.

Siswa-siswa juga memiliki privacy, dengan merazia handphone-handphone mereka & memeriksanya seenak jidat, sedangkan didalam handphone mungkin ada hal-hal privacy dari mereka. Mereka kan bukan pelaku, mereka hanya objek pasar, konsumen murni, bukan konsumen profesional. Lebih mendingan razia handphone dilakukan terhadap aparat pemerintahan & abdi negara, untuk melihat-monitor-evaluasi dst, apakah dikalangan abdi negara tersebut masih terjaga nilai & norma sosial / mental yang baik. Alih-alih sibuk merazia handphone siswa-siswa, padahal handphone mereka sendiri penuh dengan gambar & video-video sejenis.

Modernisasi, globalisasi & liberalisasi dengan pondasi demokrasi, memang mau tidak mau mengikis jati diri bangsa secara pasti, mengabrasi pantai norma, etika, & nilai-nilai ketimuran yang sebelumnya selalu menjadi budi pekerti didalam keluarga-keluarga Indonesia.

Menurut hemat saya, tidak perlu hati-hati & menakutkan serta sibuk mengurusi penyebaran video porno tersebut (yg sudah kadung tersebar & bisa diakses dengan mudah), tetapi berhati-hatilah & takut terhadap dampak dari globalisasi, liberalisasi, juga modernisasi.
Akan lebih baik untuk sibuk membendung paham-paham tersebut, daripada memfasilitasi & mendukungnya atas nama demokrasi.


"Earth Hails"
NK
READ MORE - Fenomena Video Mesum & Eforia Demokrasi

Selasa, 13 Maret 2012

a Bit OpiNion on geNder "seNsitivity" & coNflict "seNsitivity".. :)



For gender aspect, it is attempted to be integrated in all conflict management, reintegration and peace building phases.

Except, don’t let Gender becoming a must, although in fact it merely hampers or even encounter new conflicts. Hence, gender concept should not be adopted from the existing gender concept which is generated from lesson learned from other region, but born and generated of local values and aspiration.

At least, gender aspect is in line with social, culture, values and norms applied amongst the community. Each community has ‘not bad’ culture and value as well as in gender perspective.

I tend to harmonize and consolidate local institution and local values in the gender context instead of forming or forcing gender paradigm which may be not suitable or even in contrary with the local context or potential, and later will lead to NEW CONFLICT

NK "Earth Hails"
READ MORE - a Bit OpiNion on geNder "seNsitivity" & coNflict "seNsitivity".. :)

dan Tuhan (Allah SWT) menantang kita..


Segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurah ke haribaan Rasulullah SAW...

Adalah selalu penting dan signifikan untuk saling mengingatkan kepada kehakikatan kita dalam hidup ini, refreshing akal sehat, hati & jiwa kita, dan kepada kebaikan-kebaikan yang benar. Ini mudah-mudahan menjadi salah satu cara sehingga penggunaan facebook ini tidak lagi-lagi membawa kita pada kesia-siaan, keterjebakan-keterjebakan pada kesemuan, maksiat, bahkan kenistaan.
Kemudian kita coba tempatkan kesadaran kita pada kerangka ontologis berpikir sehat untuk membawa kita pada level mendasar 'dari mana kita berasal & kejadian-kejadian asal', yang Insya Allah akan menjadikan kita lebih mengenal & akhirnya lebih paham saat masuk pada pertanyaan 'akan kemana kita pada akhirnya'.. dan salah satu caranya adalah dengan memahami Firman-Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, tidak hanya menghapal nya saja. Tulisan sangat sederhana ini mencoba mengajak bersama-sama menengok sejenak diantara Firman-Firman Allah yang mempertanyakan sekaligus menantang kita, akibat dari kesombongan-kesombongan yang telah menjadikan kita lupa.

Saking banyaknya kenyataan keseharian, sejak dulu kala hingga kini, yang menunjukkan manusia mengangkangi akal sehatnya sendiri, dengan berpaling dari Allah SWT, dan lebih memuja/menghormati berlebihan kepada selain Allah, kemudian Allah menantang kita dengan lugas & tegas melalui ayat-ayat Nya.., diantaranya:

Allah SWT berfirman:

"Katakanlah (Muhammad), "segala puji bagi Allah dan salam sejahtera bagi hamba-hamba Nya yang dipilih. Apakah Allah yang lebih baik, atau apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)? bukankah Dia yang menciptakan langit dan bumi serta yang menurunkan air dari langit untuk kalian, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah? kalian tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran), " {QS. an-Naml [27]: 59-60}

"Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap Rabb mu Yang Maha Mulia, yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun tubuhmu," {QS. al-Infithar [82]: 6-8}

"Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untuk kalian kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu," {QS. al-Baqarah [2]: 29}

"Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Rabb Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? kemudian ulangi pandangan (mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih," {QS. al-Mulk [67]: 3-4}

"Hingga apabila mereka datang, Dia (Allah) berfirman, 'mengapa kalian telah mendustakan ayat-ayat Ku, padahal kalian tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, atau apakah yang telah kalian kerjakan?", {QS. an-Naml [27]: 84}

"Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran Allah? padahal Dia telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkatan kejadian," {QS. Nuh [71]: 13-14}
"Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian...," {QS. az-Zumar [39]: 6}

"Wahai manusia, jika kalian meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kalian; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi, lalu (dengan berangsur-angsur) kalian sampai pada usia dewasa," {QS. al-Hajj [22]: 5}

"Inilah adalah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang diciptakan oleh (sembahanmu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zhalim itu berada dalam kesesatan yang nyata," {QS. Luqman [31]: 11}

"kaliankah yang menciptakanya, ataukah Kami Penciptanya? Kami telah menentukan kematian setiap kalian dan Kami tidak lemah," {QS. al-Waqi'ah [56]: 59-60}

"Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan," {QS. an-Naml [27]: 63}

"Katakanlah (Muhammad), 'bagaimana pendapat kalian, jika Allah menjadikan untuk kalian malam itu terus-menerus sampai Hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepada kalian? Apakah kalian tidak mendengar?" {QS. al-Qashash [28]: 71}

"Wahai golongan jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kalian tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (dari Allah). Maka nikmat Rabb kalian manakah yang kalian dustakan? Kepada kalian (jin dan manusia), akan dikirim nyala api dan cairan tembaga (panas) sehingga kalian tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)," {QS. ar-Rahman [55]: 33-35}

"Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada diatas mereka, bagaimana cara Kami membangun dan menghiasinya dan tidak terdapat keretakan sedikitpun?" {QS. Qaf [50]: 6}

"Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)? Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki 'Arsy dari apa yang mereka sifatkan. Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya," {QS. al-Anbiya [21]: 21-23}

dan banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan Kebesaran Allah SWT, dan bagaimana Allah menantang - mempertanyakan segala perilaku zhalim & pendustaan terhadap ayat-ayat Nya. Sungguh Mahasuci & Mahabesar Allah SWT, yang menggenggam hidup-mati kita.

Berikut sedikit cukilan hadits yang juga menggambarkan hal tersebut:
"Wahai anak adam, mengapa engkau menganggap Aku lemah? padahal, aku telah menciptakan engkau dengan bentuk seperti ini. Ketika Aku sudah menyempurnakan dan menjadikan susunan tubuhmu menjadi seimbang, tiba-tiba engkau berjalan dengan surbanmu, sementara suara kakimu terdengar menghentak. engkau lalu mengumpulkan harta, tetapi kemudian engkau berlaku kikir. Baru ketika nyawamu sudah sampai di kerongkongan, engkau berkata 'aku akan mengeluarkan zakat.' Namun, kapankah waktu mengeluarkan zakat itu?" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

saya tutup tulisan sederhana ini, untuk sama-sama menyimak & memaknai dengan qalbu kita, pertanyaan sekaligus tantangan dari Allah SWT, dengan Firman-Nya:
"Maka nikmat Rabb kalian manakah yang kalian dustakan?" {QS. ar-Rahman [55]: 16}

dan hanya kepada Allah saja saya memohon rahmat, hidayah, taufik dan limpahan ganjaran pahala. dan hanya kepada Allah saja saya senantiasa memohon perlindungan dari luarbiasa sakitnya sakaratul maut, pedihnya siksa kubur, dan dahsyatnya siksa akhirat. Amiien ya Rabb.


NK-"Earth Hails"
READ MORE - dan Tuhan (Allah SWT) menantang kita..

Catatan penggalan ala negeri O2B :))


Pagi indah dan bersenandung di hati. Menapaki waktu diantara awan' Mega, Langit biru putih, menapaki tanah,
air, ku trjerat lagi di pulau ini. Terjerembab lagi di kampung opera ini. Disisi lain ada kegembiraan utk nikmati prtunjukkan2 harian yg kocak n norak. Hahahahaaa, sungguh suguhan never ending disini, n gratis!! Www hehee

Namun disisi lain lagi, otak n jiwaku udah pepat dg warna berpoleskan badut. Diriku GA BS LG akur dg nuansa2 spt itu. Sdh cukup lama aku mengiyakan n membaur mnjadi spt odong2 badut. Ketidaksinkronan ini membawaku makin jauh kedalam era kemunduran. Sebuah kekumuhan iklim pemikiran, yang membuatku berurusan lagi dengan virus/bakteri lama TYPHara & pendatang baru DeBy (GA nyambung ya.? GA logis? GA analitis? DLL. Halahhh sdh lah, di kampung opera ini mana perlu logis n analitis, apalagi komprehensif. Yg penting nyambung meski GA nyambung, n konak,, eh kocak mksdnyaa,,hehee).

TYPHara & DeBy membuatku mesti pindah tidur di negeri putih. Terpaksalah aku tinggalkan dulu kampung opera dgn sangat senang hati, heheh..

Negeri putih memberiku bnyak inspirasi n ksadaran ksemestian. Haduh bhasa apaan lagi itu?? Yg jelas bkn bahasa kampung opera hehee.

Terimakasih TUHAN yg msh menyapaku mesra.. kmudian memelukku dengan hikmah-hikmah pembelajaran. />
Skarang aku GA Lagi di negeri putih, tapi di negeri violet utk memahamkan smua inspirasi n kasih sayang Tuhan tadi, menuntaskan tahapan pemahaman, sblum kmbali Lagi ke kampung opera........
(O ya, aku Ada cerita seru, unik, lucu n tentu saja NORaK dari kampung opera, sebut saja kampung O2B, alias kampung orang-orang "yg merasa" besar, atau bisa juga singkatan kampung odong-odong badut, apa aja deh, gak penting, tunggu aja cerita-ceritanya ya..)

*kisah ini fiktif dan imagi belaka, kalo merasa ada kesesuaian dst, jangan tersinggung, karena itu perasaan anda saja.

Nk Eh

:)
READ MORE - Catatan penggalan ala negeri O2B :))

Rabu, 07 Maret 2012

Ingat aku...


ingat aku..,
sebagai Rajawali,
yang mendekap hangat Merpati

ingat aku..,
sebagai tetesan embun,
ketika terik tengah hari

ingat aku..,
sebagai alunan seruling,
di deru debu & amarah insani

ingat aku..,
sebagai saputangan hati,
saat air matamu berderai tiada henti

dan ingat aku..,
sebagai matahari pagi & senja,
ketika resah gelisah dalam kemuraman
kesenyapan jiwa & ketimpangan makna
menekuni hari-harimu....

NK-"Earth Hails"
READ MORE - Ingat aku...

Globalization & Dcentralization for Tribalizm?


Global era has been coming as identity for development country which had desire to prove their progressive forward. The spirit of globalization has been formed that showing desirability & progress for welfare. The states who has progressive insight, so they have to show their supports toward globalization & its models. Otherwise, will be deemed as ugly country, & alienated by international relationship.

Globalization fever that knocked over third country, including Indonesia, one other thing brought into decentralization spirit. Right & authority is not only for the centre, but also the province & district. They have authority to manage their household, according to the potentials that they have. Based on positive perception that they have known better about the potentials in their area.

Although in the fact, it’s oftentimes that decentralization become tool for individual/group to accomplish the ambition on political & economical interest. Again, as usual, the people become victim. They even did not know about globalization definition. Their life is not better, but harder. Education cost was higher, economical cost was bounce up, needs accomplishment felt harder. This condition has produced complex of social problem, such as unemployment, rising criminal, stress, homeless, beggars, sex worker, child trafficking, etc.

On the other hand, decentralization has strengthened tribal ego, localism ego, local pride has forgotten national pride in NKRI frame. Tribalism has come & so strong. Really potential for conflict. Time will show this stage. Nationalism became slogan in trainings and ceremonial zone only. The youth has forgotten about nation song, Pancasila, & the preamble of UUD 1945.

From communication & media sector, supported by globalization, press liberalization & democracy guaranteed by law. The collision with eastern norms/ethic could be avoided. The rising generation as nation resources are busy for mode & modern image. Free live, free sex, became their modern attitude. Commercial products have been growing up/revolution style, and put rising generation as strategic target, ignoring value & the future of rising generation. The point is profit, as capitalism & liberalism said.

And, welcoming for world free trade, Indonesia is ready to be ripped in value, culture, politic, and economic.

*my "simple" thinking on Globalization.

NK"Earth Hails"
READ MORE - Globalization & Dcentralization for Tribalizm?