Social Icons

Pages

Sabtu, 15 Juni 2013

Rumah Manusia, Sebuah Kisah Titian Jalan & Perjalanan, Sebuah Hijrah...

Komunitas Rumah Manusia, adalah sebuah organisasi informal yang terbentuk sejak 2006 melalui kepahaman dan kesepakatan sahabat-sahabat humanitarian terhadap problem-problem kemanusiaan. Kepahaman & kesepakatan terbentuk dari obrolan & diskusi di warung-warung kopi Aceh, Medan, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, & wilayah-wilayah Indonesia lainnya dimana kami berjalan & diantaranya bertemu baik dalam rangka tugas maupun perjalanan biasa, baik di rencanakan maupun tidak. Juga dari kantor ke kantor, baik dalam kesenggangan kami maupun kesibukan formal kami. Semua mengalir begitu saja. Kami sampai memiliki map meeting-meeting point santai maupun serius yang memang rata-rata di warung/kedai/cafe Kopi. Pada akhirnya kami sepakat untuk membuat semacam simpul, generator, penanda, bridge, inisiator, untuk concern terhadap isu-isu kemanusiaan yang tidak cuma kami dengar, kami baca & kami tonton melalui berita-berita media visual maupun tulisan, namun juga "berserak" nyata disekitar kami. Dan kami sepakat bahwa kehidupan manusia telah kehilangan rumah-rumah mereka, rumah yang memanusiakan penghuni nya, rumah yang menjadi tempat berbagi suka, duka dan kepedulian. Yang ada adalah rumah-rumah yang tidak memanusiakan penghuninya, dari hari ke hari, bulan ke bulan dst semua realitas sosial menunjukkan hipotesa tersebut benar. Akhirnya obrolan dan diskusi-diskusi kami mengalir kepada satu kalimat bahwa kami & kita memebutuhkan sebuah "Rumah Manusia", yang memanusiakan manusia, memanusiakan penghuni nya.

Berbagai aktivitas kemanusiaan, baik dipermukaan maupun dibawah permukaan, kami lakukan sesuai dengan kapasitas kami masing-masing, melalui tulisan-tulisan dan diskusi-diskusi juga aktivitas-aktivitas fasilitasi & advokasi, serta kegiatan-kegiatan nyata di lapangan. Meskipun kebanyakan tidak memunculkan nama komunitas rumah manusa. Semua dilakukan untuk visi & misi kemanusiaan itu sendiri, untuk tetap concern & peduli kepada "mereka" yang "kurang beruntung".

Seiring berjalannya waktu, dengan aktivitas kesibukan yang berbeda, kami terpencar-pencar. Diantaranya kami ada yang beraktivitas di IFRC, UNDP, EU, IOM, Dosen Universitas & Guru, USAID, AUSAid, Islamic Relief, CRC, Lembaga Pemerintah, dll termasuk ada yang jadi pedagang, petani, bahkan pendakwah/jalur religius, juga ibu rumah tangga. Kami sejak awal memahami bahwa dalam kehidupan ini, peran manusia akan terus bergulir bersama waktu & rencana Nya, kami hanya bisa memaksimalkan waktu/kesempatan yang ada sebaik mungkin. Kami menyadari tidak mungkin berkumpul terus seperti sebuah keluarga. Karena jalan kehidupan bergulir seperti semestinya, dan kami sangat sadar  semua perencanaan kami ada di bawah Kuasa Nya.

Sejak 2008, kami benar-benar terpisah satu sama lain, dengan pekerjaan-pekerjaan yang berbeda, dengan aktivitas berbeda-beda, baik di dalam negeri maupun diluar negeri. Namun meski terpisah-pisah, sampai saat ini kami tetap untuk selalu update informasi & tegur sapa melalui berbagai teknologi komunikasi. Kami merasa tetap ada ikatan kuat, yaitu "kemanusiaan" tadi, tetap concern terhadap isu tersebut, meski kami sadari agak terbatas dengan jarak & kesibukan masing-masing.

Pada suatu sore, sempalan dari Komunitas Rumah Manusia berada di Kalimantan Selatan & merindukan sebuah kekuatan independent untuk kepedulian kemanusiaan, sekaligus wahana kerinduan terhadap keakraban & kesemangatan komunitas tsb dulu. Dengan perubahan-perubahan paradigma pembangunan, arah kebijakan, dan situasi kondisi baik aspek sosial, ekonomi, hukum, politik dst di Indonesia, merasa perlu untuk memformalkan bentuk komunitas/perkumpulan informal tersebut ke dalam sebuah organisasi yang memiliki status hukum yang jelas. Singkat cerita, bersama individu-individu ikhlas pada kepedulian terhadap sesama manusia, terbentuklah Yayasan Rumah Manusia atau Rumah Manusia Foundation di 2011. Dengan segala keterbatasan, bermodal kan semangat kedulian & niatan-niatan ikhlas, kami terus bergerak di ranah fasilitasi & advokasi, dan akhirnya lebih memfokuskan kepada isu Mental Illness. Sebagai isu yang terabaikan selama ini. Kami menyadari kepahaman publik terhadap konteks ini, pengetahuan dan keilmuan, juga terhadap kaidah-kaidah hukum nya masih sangat lemah. Teriakan-teriakan para penyandang psikotik, baik langsung maupun tidak langsung (melalui kabar, berita, foto dll) semakin menghunjam kalbu kami. Mereka diperlakukan bukan sebagai manusia, bahkan lebih buruk dari binatang. Sedangkan kami nyata-nyata melihat mereka adalah manusia, saudara-saudara kita sesama manusia.




Peran aparat pemerintah yang semestinya melindungi & memberikan upaya-upaya pengentasan derita mereka sebagai wujud tanggung jawab sebagai pemerintah/negara, serta mandat UUD, tidak dilakukan sebagaimana mestinya, bahkan banyak yang menghambat pemenuhan kebutuhan manusia yg mendasar dari mereka/penyandang psikotik.

To be continue...

Salam,
NK - "Earth Hails"

Tidak ada komentar: