Social Icons

Pages

Minggu, 18 Maret 2012

Semangat Kebangsaan, antara dogma, politik & realita (sekedar coretan lintasan pemikiran)


Kebanggaan Indonesia melalui Bung Karno sebagai salah satu dari "The Initiative Five" pada konteks Non-Blok jelas telah & akan terus menjadi catatan sejarah yang kental dengan kecerdasan, kemandirian, dan kebangsaan. Lima negara pencetus & pemrakarsa Non-Blok itu adalah Mesir, Yugoslavia, Indonesia, India & Ghana. Lima nama hebat yang jadi Presiden nya (saya yakin gak asing buat telinga kita), yaitu: Nassar - Mesir, Tito - Yugoslavia, Soekarno - Indonesia, Nehru - India, dan kwame Nikrumahh - Ghana.

Semangat Non-Blok atau Non-Alignment ini berawal dari keprihatinan pada kenyataan penguasaan dunia kepada dua kekuasaan - kekuatan, blok barat dengan Amerika & konco-konconya, & blok timur dengan Uni Soviet & konco-konconya. Nyaris secara ipoleksosbudhankam kedua blok itu saling menguasai & meraih anggota sebanyak mungkin. Bahkan secara kekuatan militer dibatasi garis tajam antara NATO & Pakta Warsawa. Meski saat itu semangat dunia adalah membebaskan penjajahan diatas dunia, namun bentuk blok-blok seperti itu sama saja dengan wujud penjajahan dengan cover baru. Gerakan Non-Blok memahami ini, dan dengan cerdas menafikkan blok-blok tersebut dengan membuat Non-Blok, meyakinkan pada dunia bahwa kita sebagai Negara merdeka tidak terbelah & mengarah pada konfrontasi antar blok.

Konferensi Asia Afrika 18 April 1955, yang melahirkan "semangat Bandung" menjadi trigger semangat kebangsaan yg luar biasa & mendunia. Dilanjutkan dengan KTT Non Blok di Beograd-Yugoslavia, 1 - 6 September 1961, yang diikuti KTT-KTT berikutnya, menjadi warna baru dunia, bahwa kecerdasan, kemandirian & kebangsaan itu ada. Bahwa hak-hak segala bangsa itu sama. Bahwa kemerdekaan negara-bangsa itu ada. Dengan semangat perdamaian yang tinggi, The Initiative Five pada tahun 1960 didepan Majelis Umum PBB ke-25, menyuarakan resolusi untuk meredakan ketegangan Timur - Barat, yang telah manjadi musuh bebuyutan, yang sangat berpengaruh kepada pergaulan dunia & keterbatasan-keterbatasan negara-bangsa di dunia.

Kondisi diatas adalah sedikit ilustrasi betapa kita, Indonesia, mampu menjadi pelopor & menembus idola dunia saat itu (blok barat & timur) utk kepentingan yang lebih tinggi dan lebih luas bagi Dunia. Gambaran konkert, betapa kecerdasan & kemandirian Pemimpin bangsa menjadi kekuatan luar biasa dalam menunjukkan langkah-langkah & aktivitasnya, tidak hanya sebatas teritori internal/nasional, tapi juga international. Dihargai, disegani, oleh dunia.

Kini semangat kecerdasan, kemandirian, & kebangsaan tersebut sepertinya semakin parsial, semakin terkotakkan, semakin menyandarkan pada kekuatan pihak/negara lain. Yang secara perlahan & nyata menelikung bahkan mengkebiri tunas-tunas bangsa. Kemudian celoteh anak SMA itu muncul, ketika mendengar visi & misi sebuah partai politik; "itu visi misi mereka atau visi misi titipan"? Kemudian justifikasi tetangga, orang agama, yang ikut partai tersebut: "udahlah nak, toh semua di dunia ini adalah titipan"..
Hadeuhh, ilmu agama, pesantren dll cuma dijadikan alat justifikasi politiknya saja, memakai nama Tuhan untuk kepentingan hidupnya.

To be continue.. (jadi bete nulis kalo inget justifikasi-justifikasi orang-orang paham agama utk secuil warna politik & sempitnya hidup hakhakhakkk)


NK-"Earth Hails"

Tidak ada komentar: