Social Icons

Pages

Rabu, 14 Maret 2012

Fenomena Video Mesum & Eforia Demokrasi


Mungkin masih ingat, bagaimana maraknya video mesum ALC (Ariel Luna Cut tari), sangat cepat menyebar, membuncah seperti gelombang samudera, seolah menutup issue-issue & tema-tema berita lain yg lebih penting & mendasar di Indonesia. Bahkan kasus ALC tersebut cenderung didramatisir. Apakah ini sebuah momentum pengalihan?. Tanya pada asbak di sudut meja biru itu.. :)

Disisi lain, hal ini juga menunjukkan betapa tinggi perhatian & permintaan pasar/publik terhadap video tersebut, jika tidak ada permintaan, tidak akan terjadi penggandaan & penyebaran besar-besaran dari video & berita terkait video tersebut melalui berbagai sarana & media.

Inilah konsekuensi logis ketika globalisasi, modernisasi, & liberalisasi yg dianggap sebagai warna-warna demokrasi terimplementasikan "dengan baik" di Indonesia (bahkan dapat penghargaan internasional). Kejadian tersebut akan terus bermunculan, tidak hanya di kalangan artis, akan tetapi juga di kalangan politisi, akademisi, masyarakat biasa, dst. Exposed or not.

Kita lihat bagaimana respon atau tindakan-tindakan aparat/pemegang kebijkan menanggapi maraknya penyebaran video tersebut, semakin menunjukkan pada dasarnya kita (Indonesia) belum siap memaknai & memahami demokrasi secara utuh, masih terjebak pada eforia & ngetrend saja. Seperti tindakan merazia handphone-handphone siswa-siswi dst, hanya semakin menunjukkan tindakan kuratif yang bernada "ceremonial" / pertunjukkan saja, tidak meringankan permasalahan, apalagi menyelesaikan permasalahan, yang ada malah memunculkan & menambah permasalahan-permasalahan baru.

Siswa-siswa juga memiliki privacy, dengan merazia handphone-handphone mereka & memeriksanya seenak jidat, sedangkan didalam handphone mungkin ada hal-hal privacy dari mereka. Mereka kan bukan pelaku, mereka hanya objek pasar, konsumen murni, bukan konsumen profesional. Lebih mendingan razia handphone dilakukan terhadap aparat pemerintahan & abdi negara, untuk melihat-monitor-evaluasi dst, apakah dikalangan abdi negara tersebut masih terjaga nilai & norma sosial / mental yang baik. Alih-alih sibuk merazia handphone siswa-siswa, padahal handphone mereka sendiri penuh dengan gambar & video-video sejenis.

Modernisasi, globalisasi & liberalisasi dengan pondasi demokrasi, memang mau tidak mau mengikis jati diri bangsa secara pasti, mengabrasi pantai norma, etika, & nilai-nilai ketimuran yang sebelumnya selalu menjadi budi pekerti didalam keluarga-keluarga Indonesia.

Menurut hemat saya, tidak perlu hati-hati & menakutkan serta sibuk mengurusi penyebaran video porno tersebut (yg sudah kadung tersebar & bisa diakses dengan mudah), tetapi berhati-hatilah & takut terhadap dampak dari globalisasi, liberalisasi, juga modernisasi.
Akan lebih baik untuk sibuk membendung paham-paham tersebut, daripada memfasilitasi & mendukungnya atas nama demokrasi.


"Earth Hails"
NK

Tidak ada komentar: