Social Icons

Pages

Sabtu, 24 Maret 2012

Semangat kebangsaan antara dogma, politik, dan realita II (sekedar coretan lintasan pemikiran)


Semangat kebangsaan, menitikberatkan pada kebersamaan, pada ke-gotongroyongan, kekeluargaan, saling peduli, saling merasa, dan saling mendukung, saling melengkapi juga saling mendo'akan :). Tidak pada kepentingan pribada atau golongan, tapi untuk kepentingan bangsa, kepentingan rakyat.

Pada realitas pembangunan sekarang, semangat kebangsaan menjadi slogan politik yang hingar, mabuk disitu dengan semua retorika & intonansi bahasa, sangat gigih memperjuangkan warna kelompoknya. Memenangkanya adalah hasrat ejakulasi yg menekan. Mewarnakan bangsa dengan warna nya. Bukan mewarnakan kelompok dengan warna bangsa nya.

Bagaimana bangsa ini terbentuk, sejarah yang menghela & menderu, perjuangan & nilai-nilai didik yang terukir, rasa & jiwa bangsa yg dilingkupi potensi rakyat, potensi alam, potensi budaya, potensi sosial, tergambar dalam rentang sejarah yang nyata. Adakah semua itu dijadikan pondasi dalam bergerak, merencanakan, dan implementasi pembangunan?? Dimana rakyat sebagai yang dilayani, disejahterakan, diutamakan, sebagai mata jiwa pada setiap langkah pembangunan.

Yang kental terjadi (dari kacamata awam saya) adalah rakyat sebagai komoditi, barang pasar, dipajang & ditata saat diperlukan, untuk produk politik & kepentingan golongan maupun individu semata. Hingar bingar aktivitas tesebut, tetapi coba kita jalan ke pelosok & desa, mereka memiliki kepahaman, indormasi, dan pengetahuan yang sangat sedikit, bahkan tidak memiliki sama sekali dengan apa itu rencana pembangunan, tujuan & bidang-bidang yang dijadikan fokus dalam implementasinya. Karena mereka tidak melihat itu dalam keseharian mereka. Rakyat hanya mendengar kabar bahwa ekonomi bangsa semakin membaik, pendapatan perkapita meningkat, pembangunan untuk kesejahteraan rakyat dll. Namun, yang mereka tau & paham adalah susahnya menyekolahkan anak, biaya pendidikan semakin mahal, biaya kesehatan luar biasa, usaha ini itu susah..krn modal yg sangat terbatas atau dibatasi (bentuk usaha yg 'repot' friendly), dst.
Kemudian rakyat hanya tertegun/melongo dengan harga-harga pemenuhan kebutuhan hidup yang terus melambung atau tiba-tiba melambung. Cabe yang lebih mahal dari daging, susu buat anak yang makin tak terjangkau, gula yang terus merangkak harganya, tepung untuk kueh yang juga terus mendongak, minyak kelapa, beras, sayuran, buah-buahan, minyak tanah, dll. Penggunaan kayu bakar makin sulit, dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat dan berlaku pukul rata. Sedangkan kayu hutan habis oleh kelompok-kelompok itu juga.
Kebijakan tidak dilengkapi dengan keseriusan mempersiapkan & untuk kepentingan bersama rakyat. Kebijakan jadi-jadian, mengikuti trend dunia, tidak pada melihat warna bangsa yg dihadapi. Misal: Gas Elpiji didengungkan, sbagai bahan bakar utk keperluan rumah tangga yang efisien, ramah lingkungan dll, rakyat tidak memiliki pengetahuan mencukupi tentang itu, mereka tidak dipersiapkan. Kemudian terjadi kebakaran rumah krn tabung gas meledak dan kecelakaan-kecelakaan lainnya adalah wajar. Dan lagi-lagi tindakan kuratif sepertinya idola dalam implementasi kebijakan, daripada preventif. Korban berjatuhan, sibuklah penanggulangan & peninjauan-peninjauan. Jika dilihat & ditelaah, semua motifnya "ekonomi", telaah/analisa sosial & budaya tidak menjadi rujukan dalam merencanakan & implementasi kebijakan. Aspek sosial budaya selalu diberangus oleh aspek/nilai ekonomi, kecuali korban/kerugian sudah berjatuhan.

Dengan tingkat pendidikan yang rendah, skill individu yang terbatas, & potensi yang dimiliki sangat terbatas untuk bersaing dalam hidup yang sangat deras & menggerus, rakyat pun banyak disuguhi hal-hal yang makin merusak tatanan nilai pikir & jiwanya.

Dengan Televisi yang dibeli dari kredit atau menjual sebagian kebunnya, atau dari hutang ke tengkulak sawahnya. Mereka disuguhi tontonan-tontonan luarrr biasa. Entertainment, gaya hidup, perkembangan mode & pola perilaku, teknologi, kebebasan, kenikmatan, dan warna-warna ekonomi lainnya yg menggiyurkan. Selanjutnya ya bisa ditebak apa yang terjadi dalam masyarakat. Berita anak membunuh bapaknya karena mau beli motor, anak bunuh ibunya, bunuh neneknya, dll, gadis belia stress & menangis kehilangan mahkota & masa depannya, anak2 remaja terjebak pergaulan bebas luarr biasa, narkoba dll kerusakan tatanan sosial budaya masyarakat. Dan biaya kuratif untuk itu sangat luarr biasa mahalnya.

Semangat kebangsaan sebagai bentuk bisa dimunculkan dalam sikap menentang segala penindasan & diskriminasi terhadap ekonomi, sosial, bahasa, budaya maupun agama. Bukan pada kesetiaan buta terhadap kelompok atau individu yang mengatasnamakan bangsa...

To be continue.

NK-"Earth Hails"

Tidak ada komentar: