Social Icons

Pages

Rabu, 17 Juli 2013

Gepeng Musiman, Sebuah Realita Sosial di Bulan Ramadhan, 2013

Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan peluang berusaha, meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat serta meningkatkan hubungan antar daerah. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan  bermuara pada manusia sebagai insan yang harus dibangun kehidupannya dan sekaligus merupakan sumberdaya pembangunan yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kemampuannya untuk mengangkat harkat dan martabatnya (Chambers, 1983).

Tingginya tingkat urbanisasi ke Jakarta memberikan banyak dampak negative, termasuk diantaranya permasalahan Gelandangan dan Pengemis (Gepeng). Kondisi ini ditengarai terjadi karena kurangnya lapangan pekerjaan di desa atau tempat asal Gepeng, disisi lain menariknya kabar tentang Kota yang memberikan banyak harapan dan impian. Urbanisasi tersebut seringkali tidak diiringai dengan kesiapan mental, skill dan pendidikan para pelaku, sehingga mengakibatkan mereka terjebak pada kondisi tidak berdaya dalam persaingan hidup yang memang sangat ketat di Ibu Kota Jakarta. Akhirnya banyak diantara mereka menggelandang dan melakukan pekerjaan sebagai pengemis. Namun disatu sisi, kita juga tidak boleh melupakan aspek budaya/mental dari para urban yang bekerja sebagai pengemis tersebut. Misalnya sikap malas, tidak malu, dan hal-hal lain yang tidak konstruktif.

Fakta Gepeng ini disisi lain bisa memicu kriminalitas, tingginya biaya hidup di Jakarta, bisa memicu gelandangan melakukan tindakan-tindakan criminal seperti perampokan dll. Namun ada satu fenomena menarik terkait Gepeng di Jakarta, terutama Gepeng musiman. Yang dimaksud gepeng Musiman ini adalah Gepeng yang berbondong-bondong ke Jakarta pada saat-saat tertentu, terutama di hari-hari besar seperti Lebaran Haji, Lebaran Cina, termasuk Ramadhan sampai ke Lebaran idul Fitri. Ramadhan denan Idul Fitri nya menjadi sangat mencolok, karena rentang waktu yang lama (sebulanan) dan banyaknya perlikau shodaqoh public yang menguntungan kan mereka selama sebulanan tersebut.


Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dan teks literature yang ada,  menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya Gelandangan & Pengemis (Gepeng), namun bisa di kategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal pada umumnya terdiri dari kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat keterampilan, dan sikap mental atau budaya. Sedangkatn factor eksternal meliputi kondisi tempat asal/daerah asal Gepeng, akses terhadap informasi dan modal usaha, kondisi permisif/rasa belas kasihan masyarakat kota terhadap Gepeng, penanganan Gepeng di kota yang belum optimal/integrated. Faktor-faktor penyebab ini bisa terjadi secara parsial dan juga secara bersama-sama atau saling mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Ada dua aspek besar yang terlibat dalam permasalahan Gepeng, selain individu Gepeng itu sendiri, yaitu aspek daerah asal dan aspek daerah tujuan/kota tujuan Gepeng. Penanganan Gepeng harus mencakup dua aspek tersebut. Tidak hanya menangani Gepeng di kota tujuan, akan tetapi juga daerah asal Gepeng tesebut, agar tidak terjadi lagi urbanisasi ke kota sebagai Gepeng.

Fakta dan Data

Menjelang bulan Ramadhan sampai dengan Idul Fitri, dari tahun ke tahun Gepeng di Jakarta mengalami peningkatan dari hari biasanya. Seolah-olah telah menjadi rutinitas tahunan, pelonjakan jumlah Gepeng selalu terjadi menjelang Ramadhan sampai Idul FItri terjadi. Kondisi ini disinyalir karena nuansa Ramadhan menjadikan intensitas beramal public meningkat (perilaku permisif), disisi lain kebutuhan persiapan Idul Fitri menjadikan para urban Gepeng tersebut mencari penghasilan di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya (jabodetabek). DKI Jakarta menjadi target utama Gepeng, selain merupakan kota besar/ibu kota, juga kepadatan penduduknya memberikan kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan penghasilan lebih kepada para Gepeng.

Data tahun 2012, hasil pantauan dari Kemensos, di DKI Jakarta terdata sebanyak 1.930 Gepeng, yang sebenarnya mereka tidak miskin, hanya memanfaatkan moment bulan Suci Ramadhan, dimana umat muslim Jakarta banyak yang melakukan sedekah. Biasanya 20 hari menjelang Idul Fitri, akan semakin meningkat jumlah Gepeng yang berasal dari kantong-kantong Gepeng yang telah diketahui sebelumnya, yaitu Indramayu, Cirebon dan Brebes (sumber Biro Humas Kemensos 2012).

Dari beberapa sumber informasi dan penelitian, disebutkan bahwa penghasilan Gepeng di DKI Jakarta perhari rata-rata antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- an. Salah satu hasil interview terbuka dengan salah satu Gepeng, mengatakan bahwa minimal penghasilan mereka adalah Rp 300.000,-. Di daerah Bulungan, blok M, pedagang Kaki Lima menyatakan bahwa pengemis yang berkeliaran di wilayah tersebut per hari rata-rata memperoleh Rp 700.000,- an, mereka sering menukar recehan hasil mengemis ke para pedagang kaki lima disitu. Sehingga dirata-ratakan penghasilan para pengemis di DKI Jakarta perbulan diatas 15 juta Rupiah.

Pemprov DKI sendiri telah menetapkan sekitar 55 titik-titik rawan Gepeng. Adapun titik-titik rawan Gepeng di wilayah DKI Jakarta adalah:
1.   Jakarta Pusat; meliputi perempatan Coca-Cola, Simpang Lima Senen, Sawah Besar, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jatibaru, Pramuka Raya, Pasar Genjing, Gajahmada-Hayamwuruk, Perempatan Harmoni, dan kawasan Sabang.
2.   Jakarta Utara; meliputi Jl. Yos Sudarso, Pos 8/9, Jl. Raya Cilincing, Stasiun Tanjung Priok, Gunung Sahari, Ancol, Lodan, Kp. Bandan, Perempatan Kelapa Gading, dan Perempatan Rumah Duka Atmajaya, Pluit.
3.   Jakarta Selatan; meliputi perempatan lampu merah CSW, Fatmawati, Blok M, Kebayoran Lama, Pancoran, Terminal Manggarai, Terminal Pasar Minggu, kawasan Lenteng Agung, Pesanggrahan, dan kawasan Bintaro.
4.   Jakarta Barat; meliputi Terminal Bus Grogol, perempatan Tomang, Slipi, Cengkareng, perempatan Kebon Jeruk, Tambora, Kali Besar Barat, Tamansari, dan Stasiun Kota.
5.   Jakarta Timur; meliputi Jalan Pemuda, Pramuka, Rawamangun, Pulogadung, Cakung, Jatinegara, Taman Viaduk, Barkah, Halim Perdana Kusuma, Jl. Raden Inten, Cililitan, Buaran, Perempatan TMII, Pasar Rebo, dan kawasan Matraman.
Para Gepeng tesebut biasanya berasal dari Bogor, Sukabumi, Garut, Purwakarta, Tegal, Brebes, Cirebon dan Indramayu.

Upaya yang Dilakukan

Peningkatan jumlah Gepeng pada bulan Ramadhan telah menjadi rutinitas setiap tahun. Kementerian Sosial bekerja sama dengan Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta telah melakukan kerjasama dari tahun ke tahun untuk mengatasi permasalahan ini. Penanganan Gepeng musiman ini dilindungi oleh Perda Nomor 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, sehingga telah menjadi kewajiban Pemprov DKI Jakarta untuk mentertibkannya, baik melalui satuan-satuan yang dimiliki seperti Satpol PP, dan perangkat kerja lainnya yang terkait. Disisi lain dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, penanganan Gepeng pun menjadi tanggungjawab bersama dan membutuhkan kerja sama lintas sector.

Dalam menghadapi fenomena Gepeng musiman di tahun 2013 ini, Kementerian Sosial dan Dinsos Pemprov Jakarta telah bekerja sama melakukan pantauan di delapan belas titik rawan Gepeng diantaranya meliputi Perempatan Matraman, Perempatan Pramuka, Perempatan Cempaka Putih, Perempatan Kelapa Gading, Perempatan Taman Mini Indonesia Indah/TMII, kawasan Fatmawati, Salemba, Cengkareng, Tomang, Slipi, Perempatan Blok M, serta Perempatan Mampang Kuningan. Kemensos dan Dinsos DKI Jakarta membuat tim gabungan yang terdiri dari  personil Dinsos DKI Jakarta, para Pekerja Sosial, dari LKS (Lembaga Kesejahteraan Sosial), TKSK, dari Ormas seperti PPM (Pemuda Panca Marga), dan perwakilan masyarakat yang peduli dan mau terlibat dalam penanggulangan Gepeng ini. Tim gabungan ini terdiri dari 8 sampai dengan 15 personil. Mereka perhari memperoleh insentif dengan 'kisaran' sebesar Rp 75.000,-.

Selain membentuk tim gabungan tersebut, Kemensos dan Dinsos DKI Jakarta pun melakukan pemulangan para Gepeng yang terjaring ke kampung nya masing-masing. Sebelum dipulangkan mereka di tampung di Panti-Panti Sosial milik Dinsos DKI Jakarta yang berjumlah 27 Panti lebih. Mereka memperoleh bimbingan keterampilan dan upaya rehabilitasi sosial lainnya. Diharapkan upaya yang merupakan upaya persuasive sekaligus rehabilitative ini akan mengurangi kuantitas Gepeng sekaligus mengurangi ketergantungan mereka ke kota besar, dengan berkarya di daerahnya masing-masing. Semua upaya dilakukan melalui kerjasama dan integrasi dana dekon (APBN-Kemensos) dan APBD Dinsos DKI Jakarta.

Kementerian Sosial dalam hal ini Ditjen Rehabilitasi Sosial, dari tahun ke tahun terus melakukan upaya terbaik dalam penanggulangan PMKS, termasuk Gepeng ini. Dari dulu Kemensos telah melakukan upaya-upaya sinergis, berkelanjutan dan strategis, diantaranya melakukan Penertiban Gepeng yang memang diatur dalam Kepres Nomor 40 tahun 1983 tentang Koordinasi Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, melalui Keputusan Bersama antara Menteri Transmgrasi dan Menteri Sosial dengan nomor SKB.102/MEN/1983 tentang penyelenggaraan transmigrasi yang dikaitkan dengan pengentasan PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial), termasuk permasalahan Gepeng.

Sampai saat ini penanganan Gepeng yang dialokasikan melalui dana dekon dan APBD masih terintegrasi dalam program penanganan PMKS Tuna Sosial, yang didalamnya terdapat Gepeng. Dengan perbedaan prioritas pembangunan antar wilayah, khususnya wilayah asal Gepeng, maka seringkali isu Gepeng bukan menjadi perhatian utama diantara PMKS Tuna Sosial bagi beberapa Pemda. Hal ini menimbulkan ketidak-sinergian upaya yang dilakukan. Diharapkan kedepannya dialokasikan secara khusus komponen biaya kegiatan penanganan Gepeng, tidak terintegrasi dalam penanganan Tuna Sosial, baik di dekon maupun APBD, khususnya komponen kegiatan penanganan Gepeng berbasis masyarakat di wilayah-wilayah rawan Gepang dan wilayah-wilayah sumber asal Gepeng. Semoga penanganan Gepeng kedepan lebih koordinatif dan berkesinambungan serta sinergi satu sama lain.


Nursyamsu
NK - "Earth Hails"

Tidak ada komentar: