Social Icons

Pages

Sabtu, 31 Maret 2012

KEPRIBADIAN UNGGUL SEORANG PEMIMPIN, MODAL DASAR MENJADI PEMIMPIN TERBAIK


“Jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat/kehancurannya" (Hadits).

“Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu” (Lao tzu)

“Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya” (Pancasila)


1. RASIONALISASI

Sebuah pernyataan bahwa “tidak ada yang lebih penting dari kepemimpinan dalam sebuah organisasi” terkadang terdengar begitu berlebihan, namun jika kita melihat lebih jauh, pernyataan ini memiliki alasan yang kuat. Sebuah organisasi yang membentuk pola kepemimpinan ataukah pola kepemimpinan yang membentuk organisasi? Pertanyaan ini kemudian membuat kita berfikir seberapa besar pengaruh kondisi sebuah organisasi terhadap kepemimpinan dan seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap organisasi. Jika melihat pada beberapa pengalaman, berapa banyak organisasi yang berhasil menggapai titik suksesnya karena “kecerdasan” sang pemimpin. Dalam kondisi terburuk sekalipun, jika seorang pemimpin mampu membuat langkah-langkah cerdas dan konkret, maka organisasi akan berjalan seperti yang diharapkan. Kepemimpinan yang dikendalikan oleh orang yang tidak tepat akan berakibat fatal terhadap perkembangan dan pencapaian sebuah organisasi.

Tidak sedikit pemimpin yang telah melakukan perubahan Negara. Mao Tse-Tung, seorang anak muda dari desa kecil di Cina, mampu mengubah keadaan Cina yang sangat kacau pada awal hingga pertengahan abad ke-20. Pahlawan revolusioner yang mampu mengubah Cina yang penuh keresahan, perang saudara dan keterpurukan ekonomi menjadi Negara industry, peningkatan taraf pendidikan serta perubahan ekonomi yang signifikan. Di negeri kita, Soekarno merupakan tokoh yang memiliki kepemimpinan yang luar biasa yang mampu mengubah kondisi bangsa dengan prinsip “berdikari”nya. Banyak lagi pemimpin-pemimpin dunia yang melakukan perubahan-perubahan sangat penting. Dalam lingkungan yang terkecil sekalipun yang kita sebut keluarga, faktor kepemimpinan seorang ayah memiliki peran penting dalam kehidupan keluarga.

Pola kepemimpinan tiap orang tidak sama, masing-masing orang memiliki pola kepemimpinan yang variatif. Kepribadian dan pola pikir seseorang sangat berpengaruh terhadap pola kepemimpinannya. Pembentukan kepribadian menjadi faktor penentu keberhasilan seseorang dalam menjalankan kepemimpinannya.

Wagner dan Carter (1996) melakukan penelitian literature komprehensif tentang ciri-ciri dan aspek kepribadian kepemimpinan. Mereka mengakui bahwa studi awal kepemimpinanya terutama ditujukan untuk mengidentifikasi sifat-sifat pemimpin. Sparks (1996), misalnya, mengidentifikasi ciri-ciri, sifat, atau kepribadian pemimpin yang memiliki performa tinggi sebagai orang yang aktif, tegas, kuat, dominan dan percaya diri. Bentz (1967) mengatakan bahwa pemimpin yang memiliki performa baik adalah orang yang memiliki mental yang ambisius, cerdas, persuasive, terjamin secara sosial dan memiliki energi mental yang kuat.

Kita berasumsi bahwa permasalahan dalam hidup ini ada dua yakni bersosialisasi dan berkembang, membangun relasi dan mengembangkan karir untuk menjadi orang yang memiliki pengaruh. Dalam hal ini, yang sangat menentukan adalah sikap kita terhadap orang lain, yakni kepribadian kita. Kepribadian pemimpin menjadi penentu baik-buruknya kepemimpinan yang ia pegang.


2. KEPRIBADIAN DAN KEPEMIMPINAN

a. Konsep/Teori Kepribadian dan Kepemimpinan
Ada sedikitnya delapan teori besar tentang kepemimpinan dan faktor yang mempengaruhi cara seseorang dalam memimpin. Namun, ada tiga teori yang saling bertentangan satu sama lain. Teori ‘great man’, menyebutkan bahwa kapasitas kepemimpinan itu hasil dari keturunan – bahwa pemimpin hebat itu dilahirkan, bukan dibuat. Teori “trait” hampir sama dengan teori great man yang mengasumsikan bahwa manusia memiliki kualitas tertentu dan sifat-sifat bawaan yang membuatnya memiliki kepemimpinan yang baik. Kedua teori ini menyimpulkan bawah seseorang akan menjadi pemimpin jika memiliki sifat kepemimpinan yang dia bawa dari lahir atau dengan kata lain, jika dilahirkan dari keluarga pemimpin. Bagaimana seorang John Stalin yang mempunyai ayah seorang pemabuk mampu menjadi pemimpin yang sangat hebat dan memberikan kemakmuran pada pengikutnya. Sebaliknya bagaimana dengan mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan atau terlahir dari keluarga pemimpin, namun kemudian tidak menjadi pemimpin. Sebuah teori yang dapat membantah kedua teori ini adalah teori behavioural” yang berdasarkan pada kepercayaan bahwa pemimpin yang hebat itu dibuat, bukan dilahirkan. Teori terakhir ini menekankan bahwa orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin.
Semua orang berpeluang menjadi pemimpin dengan cara pembentukan kepribadiannya sebagai orang yang mampu mempengaruhi orang lain. Banyak faktor yang bisa membentuk hal tersebut. Seperti halnya dalam perkembangan sifat-sifat keseharian tiap manusia, faktor sosiologis, agama dan budaya mempunyai peran penting.

b. Tinjauan Sosiologis, Religi, dan Kultur
Secara sosiologis, interaksi manusia dengan manusia lainnya memberikan pelajaran. Orang-orang yang mampu menyerap dengan baik pelajaran dalam bersosialisasi akan mempengarhi pola berfikir serta tindakan-tindakannya selanjutnya terhadap lingkungan. Dalam kehidupan sosial, sangat lumrah apa yang dirasakan dan disaksikan selama melakukan interaksi akan memberikan bekas terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Dalam kasus kepemimpinan, orang yang hidup dalam kehidupan sosial yang keras, akan terbiasa dengan sikap-sikap tegas dan mental yang berani. Sebut saja, seorang pemimpin yang biasa dengan lingkungan sosial yang manja, maka akan terbiasa “dilayani”, sehingga menganggap bawahan sebagai pesuruh.

Secara religi, doktrinasi agama membuat orang melakukan banyak hal pada koridor doktrin yang mereka terima. Semakin religius seseorang, mayoritas mereka termasuk dalam orang-orang yang mampu menerapkan disiplin dalam hidupnya. Pengaruh religi terhadap pembentukan kepribadian sangat besar. Banyak nilai-nilai kehidupan yang diterapkan melalui pemahaman beragama. Pemimpin yang menganut serta taat dalam menjalankan perintah agama akan memberikan rasa aman serta memuliakan pengikutnya.
Secara kultur, aturan-aturan yang disepakati sistem sosial tertentu yang menjadi tradisi suatu kelompok masyarakat juga menentukan pola kehidupan yang dijalani oleh seseorang. Pola ini akan membentuk pola seseorang menghadapi orang lain. Latar belakang budaya yang sangat feodal, akan membentuk pemimpin yang feodal pula.
Reputasi Kepribadian & Pendidikan

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kepribadian (reputasi) dapat didefinisikan dalam lima dimensi besar:
1. Penyesuaian – inti harga diri
2. Peningkatan – Potensi Sosial
3. Keramahan – pesona sosial
4. Kebijaksanaan – taat aturan
5. Intelek/Keterbukaan – keingintahuan dan visi

Kepribadian-kepribadian inilah nanti yang akan membentuk pola kepemimpinan seseorang. Namun demikian, seperti yang disebutkan dalam teori behavioural bahwa kepemimpinan itu dapat dipelajari dan dapat dibentuk, maka proses pembentukan kepribadian inilah yang menjadi poin penting. Beberapa faktor yang telah dipaparkan sebelumnya dalam pembentukan kepribadian, seperti faktor sosiologis, agama dan budaya dapat menjadi positif dengan adanya penekanan pendidikan yang baik sejak dini, baik dalam bentuk formal maupun non formal. Meskipun mereka hidup dengan lingkungan sosial yang kurang kondusif, jika mereka memiliki pendidikan yang baik, maka daya serap terhadap sesuatu yang baik akan lebih tinggi.

Pendidikan menjadi sarana yang sangat efektif dalam membentuk kepribadian dan pola kepemimpinan seseorang. Filterisasi yang terdapat dalam diri orang yang terdidik akan berbeda dengan mereka yang kurang terdidik. Lebih komprehensif lagi, saat ini kita mengenal banyak sekali pendidikan-pendidikan kepribadian dan kepemimpinan. Minimnya ilmu yang dimiliki seorang pemimpin juga akan menjadi penentu keberhasilan kepemimpinan. Sehingga, intelektualitas seorang pemimpin sangat dituntut untuk kemajuan sebuah organisasi. Tidak menutup kemungkinan seorang dengan latar belakang pendidikan yang minim, baik formal maupun non formal akan menjadi pemimpin, namun keberhasilan kepemimpinannya secara tidak langsung akan berbeda jika yang bersangkutan mendapatkan pendidikan.

Dalam pemerintahan kita dengan pola pemilihan pemimpin yang sangat ‘racial oriented’ dan ‘power oriented’ terkesan memaksakan seseorang menjadi pemimpin dengan pengetahuan kepemimpinan yang minim. Banyak kasus kepemimpinan instan ini menunjukkan kegagalan. Sekian banyak pemimpin yang dipilih adalah meraka yang memiliki orangtua sebagai pemimpin. Dalam aplikasinya, mereka belum berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah bekal yang dibawa dari keturunan atau dari lahir, namun merupakan hasil tempaan hidup dan pelajaran hidup. Dalam hal ini, pendidikan kepemimpinan menjadi hal yang sangat esensi. Uji kemampuan kepribadian menjadi tolak ukur untuk menunjuk seseorang menjadi pemimpin, karena kepemimpinan seseorang tidak bisa dilepaskan dengan kepribadiannya.


3.KEPRIBADIAN PEMIMPIN MENCERMINKAN KEBIJAKAN & KARAKTER SEBUAH NEGARA

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang didapatkan dari proses pematangan. Kepemimpinan harus ditempa, tidak didapatkan dengan cara instan atau keturunan. Oleh karena itu, pola pendidikan terhadap para calon pemimpin menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan. Penyiapan-penyiapan secara edukatif untuk para calon pemimpin adalah hal yang harus menjadi perhatian untuk hasil yang baik.

a. Ilustrasi Karekter Pemimpin-Pemimpin Hebat
Berbagai pencapaian dari para pemimpin dunia serta pola kepemimpinannya akan terlihat dari bagaimana kepribadian sang pemimpin. Sebut saja Ahmadinejad, seorang Presiden Iran yang sangat disegani di dunia. Kesederhanaan, kejujuran dan jiwa pengabdian yang tinggi bagi bangsa Iran. Beliau selalu berkata bahwa yang ia lakukan tiap pagi adalah mengatakan pada diri sendiri bahwa dirinya adalah seorang pelayan yang harus memberikan kedamaian, kesejahteraan dan rasa aman bagi rakyatnya. Ia adalah tipe seorang pemimpin yang selalu meletakkan kepentingan rakyatnya di atas segala kepentingan lainnya. Kesederhanaan yang luar biasa dari diri Ahmadinejad telah dikenal di seluruh dunia, seorang Presiden dari Negeri yang kaya akan hasil tambang. Kepribadian yang telah terbentuk ini, sangat mempengaruhi pola kepemimpinannya.
Sosok seorang Ahmadinejad ini menjadi aneh di Negara kita. Adakah kita menemukan seorang pemimpin, baik di daerah, provinsi maupun tokoh pemimpin nasional kita saat ini yang memiliki kepribadian seperti beliau? Tren di kalangan kita saat ini, pemimpin dicetak oleh kepopulerannya di media massa, sehingga banyak dikenal masyarakat. Kepribadian sang calon pemimpin belum menjadi hal yang dipertimbangkan, sehingga tidak salah ketika menjadi pemimpin, ia hanya berlaku semaunya. Kepribadian yang ‘pamer’, jauh dari sikap rendah hati apalagi kesederhanaan. Pilihan menjadi kepala daerah dengan popularitas lebih menjadi tujuan daripada menjadi lurah yang jujur, pekerja keras, rendah hati, peduli kepada nasib rakyat namun jarang disorot kamera.

Memang, tidak sedikit juga pemimpin hebat dunia yang terlahir dari ketenarannya melalui media massa. Sebut saja Ronald Reagan, seorang artis yang menjadi presiden Amerika Serikat. Namun, dalam kepemimpinannya, kita melihat bahwa kepribadiannya pun mempunyai peran penting dalam menyetir keberhasilan organisasi yang ia pimpin. Kepopuleran seseorang mungkin mampu mengantarkan seorang figure pemimpin hingga ke puncak, tapi etika serta kepribadiannyalah yang akan membuat sang figure bertahan lebih lama di puncak dan bahkan setelahnya akan melegenda menembus batas zaman serta pengaruhnya akan tetap terasa dan hidup di tengah masyarakat.

Fenomena yang lebih membuat kita mengurutkan dada adalah maraknya pemimpin karbitan yang muncul sebagai pemimpin, karna kekuasaan orangtuanya. Desentralisasi yang semula direncanakan dan disusun sebagai upaya percepatan pengembangan daerah, menjadi ajang untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi dan atau sebuah golongan. Lalu, dengan kondisi Negara seperti sekarang ini, karakter dan kepribadian pemimpin seperti apa yang kita inginkan? Atau kita memilih kecenderungan pemimpin seperti sosok Saddam Hussein, mantan Presiden Irak yang terkenal sangat otoriter namun tetap berhaluan pada kesejahteraan masyarakatnya.

b. Analisa Kepribadian-Karakter Pemimpin Hebat
Para pemimpin-pemimpin hebat tersebut tidak dengan instan memiliki kepribadian yang mengagumkan. Latar belakang historis serta sosiologisnya sangat berpengaruh besar. Ahmadinejad yang dari kecil seringkali dihadapkan dengan kemelaratan masyarakat sekitarnya, sangat peka dan termotivasi untuk keluar dari permasalahan tersebut. Saddam Hussein yang melihat bagaimana kekayaan alam negaranya diexploitir untuk kepentingan Negara lain dan rakyat yang terus hidup dalam kemelaratan, membuatnya berani untuk memperjuangkan hak-hak rakyat.

Kemudian pada konteks Ke-Indonesiaan, muncul beberapa pertanyaan, diantaranay:
- Apakah kondisi kita saat ini, dapat melahirkan para pemimpin yang berani, teguh pendirian, punya integritas, dan memihak rakyat? Pertanyaan ini harus secepatnya kita jawab.
- Apakah kita terus terbuai dengan pemimpin pembuat kebijakan yang terus menggerus rakyat dengan kepopulerannya?
- Apakah kita akan terus mengesampingkan faktor kepribadian para pemimpin?,
Pertanyaan-pertanyaan ini harus dirumuskan untuk mencetak pemimpin masa depan yang tangguh, berani, cerdas, beritegritas serta memikirkan rakyatnya. Banyak literature dan essai serta buku-buku yang membahas tentang kepribadian/karakter pemimpin yang baik, yang kesemuanya bermuara pada satu kalimat inti bahwa Pemimpin harus orang yang memiliki karakter & komitmen melayani Publik/rakyat/masyarakat nya. Seperti Ahmaddinejad yang memastikan dan mengimplementasikan dirinya adalah seorang pelayan yang harus memberikan kedamaian, kesejahteraan dan rasa aman bagi rakyatnya.

Pekerjaan rumah yang besar bagi kita, selain sulit menemukan tipikal pemimpin seperti itu, disisi lain kita juga menghadapi permasalahan pada manajemen dalam memilih pemimpin. Suara rakyat hanya menjadi aklamasi bersama saja, yang sesungguhnya adalah kepentingan dari partai-partai politik besar. Proses pemilihan pemimpin dan pelaksanaan kepemimpinan yang ada lebih kepada muatan dan kepentingan politik. Setidaknya Indonesia telah pernah memiliki pemimpin yang memiliki integritas luar biasa bagi negerinya, yang menjadi panutan bagi rakyat dan bahkan Negara-negara lain, yaitu Ir. Soekarno. Keberanian & integritas nya bagi harga diri, kesatuan dan kehormatan bangsa menjadikan dia figure yang disegani, baik oleh rekan maupun lawan nya, baik oleh Negara-negara yang bersebrangan kepentingan & ideologi maupun yang searah.


4. KESIMPULAN

Ada dua hal besar yang perlu dipikirkan & dipraktekan dengan baik terkait kepemimpinan, yaitu bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan bagaimana memilih pemimpin yang baik. Dari berbagai literature & buku bacaan,mengatakan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus memiliki kepribadian-kepribadian unggul, seperti diantaranya adalah: jujur, cerdas (baik IQ maupun EQ nya), berani, bertanggungjawab, mengedepankan kepentingan bersama/rakyat dibanding kepentingan pribadi & golongannya, memiliki visi dan manajerial yang baik, serta pribadi yg religious/berketuhanan.

Selanjutnya adalah bagaimana untuk memilih pemimpin seperti itu? Manajemen pemilihan manjadi titik sentral nya. Transparansi, keadilan dan kejujuran, serta mereduksi/eliminasi kepentingan politis menjadi syarat mutlak untuk memperoleh figure pemimpin yang baik tersebut. Dan lagi-lagi Tata laksana pemerintahan yang baik/good governance serta proses pendidikan yang berkualitas menjadi aspek-aspek penting untuk menyokong terbentuknya karakter pemimpin dan terpilihnya pemimpin yang berkualitas tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Wagner, R. K. and Carter, R.L. (1996) Cognitive Implications for Leadership and Administration. International Handbook of Educational Leadership and Administration.

Sparks, C.P. (1996) Personnel Development Series: Humble Oil and Refining Company. Unpublished Mimeographed report, Humble Company, Houston, Texas.

Bentz, V.J., (1967) The Sears Experience in the Investigation, Description and Prediction of Executive Behaviour, p. 448. In F.R. Wickert and D.E. McFarland (Eds) Measuring Executive Effectiveness. New York: Appleton-Century-Crofts, p. 147-206.

Makalah kepemimpinan, Emperordeva’s web blog, diakses tanggal 11 Januari 2012



NK"Earth Hails"

*11 januari 2012

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sosok Ahmadinejat mmg sangat konservatif, ia tlh berkontribusi besar dlm pembelaan negara & rakyatnya (dibalik isu kontroversi seputar dirinya). Betapa tdk, iran tlh mjd negara pengusung teknologi sains islam yg independent. Hingga mjd negara yg disegani & patut diperhitungkan dlm kancah internasional. Negara yang cerdas, negara yang mau belajar dr pengalaman pahit sejarah.

Bumi Memanggil mengatakan...

Benar sekali nonim. Thanks for the comment. Mantapp. Makasih ya sudah mampir di blog ku..